Semua tahu. Manusia fana. Tetapi meskipun semua tahu tentang kefanaan, siapa yang takkan bersedih ketika memandang mereka yang kita cintai terbaring kaku, tanpa nafas, tanpa suara, tanpa sepatah kata?
Semua sadar. Hidup hanya sementara. Tetapi semua tak berdaya ketika kesementaraan itu mencapai garis akhir. Mencapai sebuah titik yang memisahkan. Dan kita tak bisa menyalahkan perjumpaan.
Semua tahu. Tentang kuasa terhadap kehidupan. Bahwa nafas hidup adalah milikNya. Dari antara milyaran benih-benih. Kitalah yang mendapat hembusan nafas Sang Pencipta.Â
Semua tahu itu semua. Tapi kita tak bisa menahan isak tangis. Biarlah. Biarlah air mata membasahi bumi. Supaya bumi tahu kita masih manusia yang punya cinta, dan merindukan momen-momen kebersamaan dengan mereka yang kita cintai.Â
Semua tak kuasa melawan pengaturan Sang Maha Kuasa. Lalu, dengan apakah kita akan mampu tersenyum menghadapi perpisahan?Â
Syukurilah hari-hari kemarin. Syukurilah perjumpaan itu. Bukankah perjumpaan itu penuh cinta, karya dan makna? Syukurilah, karena sesungguhnya hidup adalah cinta kasih, karya dan makna.
====
(Untuk para sahabat yang hari ini merasa kehilangan, berpisah dengan orang dikasihi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H