Aku baru saja siuman,
ketika detak jarum jam
mulai mengidungkan lagu perpisahan
bahwa kita tak akan menghitung hari
ketika menginjak garis batas
peralihan antara dua tahunÂ
Daun-daun asa berguguran
Bintang-bintang semakin menjauh
Angin perubahan tak mampu kugenggam
Sementara raga semakin renta
menuju garis batas kefanaanÂ
Kepada tahun yang akan berlalu
kubisikan kata maaf
atas segala alpa menghitung hari
atas segala lalai mengukir kebaikan
atas segala lupa kepada cinta kasih
atas segala gagal menggapai citaÂ
Sang tahun hanya tersenyum, sambil berucap:
"Mengapa engkau hanya menghitung tahun,
lalu membiarkan hari, jam, menit dan detik
berlalu begitu saja?"
"Bukankah tahun tiada arti tanpa detik yang mencipta
menit, jam dan hari? Dan, bukankah perubahan yang terjadi
ataupun peluang yang meng-ada, kini, dalam hitungan detik?"
Aku tertegun.
Benar!
Tahun memang hanyalah kumpulan detik-detik yang berharga
yang selayaknya menjadi hitungan di setiap langkah.
Tentang jejak-jejak asa, cinta dan cita.
Kepada tahun yang akan berlalu: "Terima kasih untuk pelajaran ini!"
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H