Amendemen, kata baku menurut kamus bahasa.
Tapi amandemen yang naik pamor, di tagar linimasa.
"Ada yang perlu diubah dan ditambah," kata media massa.
Sepertinya ini lumrah dan biasa saja, bukan luar biasa.
Ah, aku tak perlu mengomentari yang bukan urusanku.
Tahun ini, sudah bulan September, setumpuk asa membeku.
Sudah bulan September, masalah mengantri duduk di bangku.
Mereka sabar menunggu, sebagian malah kupangku.Â
Hari ini, di mata hatiku...
Tentang asa yang membeku, kulihat mereka mulai kedinginan.
Sementara api di dalam tungku batin, terlambat kita hidupkan.
Dan, tentang masalah yang antri, kulihat mulai kadaluarsa.
Sementara aku bingung menyusun risalah. Dibelenggu masa.
September tak akan menunggu lama,
Di almanak, hanya tiga puluh hari lamanya
Lalu, apakah asa kita biarkan menggantung Â
dan masalah dibiarkan menjadi patung?
Revolusi! Revolusi!
Harus revolusi, tanpa basa-basi!
Tak perlu reformasi, apalagi evolusiÂ
Asal saja, jangan emosi
Revolusi! Revolusi bulan September!
Perubahan cepat! Baharui September!
Rubah konstitusi bulan September
Amendemen sampai ke akar di bulan September
Amendemen konstitusi diri bulan September
Amendemen untukku.
Terserah untukmu.
Itu maksudku, duhai September...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H