Mohon tunggu...
Meidy Y. Tinangon
Meidy Y. Tinangon Mohon Tunggu... Lainnya - Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

www.meidytinangon.com| www.pemilu-pilkada.my.id| www.konten-leadership.xyz| www.globalwarming.blogspot.com | www.minahasa.xyz| www.mimbar.blogspot.com|

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menggugat Paskah

4 April 2021   18:18 Diperbarui: 4 April 2021   20:30 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Paskah...

Katanya, adalah bunga-bunga kemenangan, setelah jalan-jalan derita  dan samsara. Setelah jejak-jejak darah dan air mata. 

Paskah...

Katanya, adalah bunga-bunga cinta kasih. Mekar bersama pengorbanan di bawah terik matahari. Merasakan derita sesama. Berbagi kasih, meringankan beban, dan mekar bersama. 

Paskah...

Katanya, adalah pembebasan dari belenggu-belenggu samsara. Jejak=jejak kedamaian. Dan insan mensyukurinya dengan kidung sukacita.

Paskah... 

Begitu seharusnya aku maknai. Tetapi semua hanya asa. Hanya bunga-bunga yang mekar di bibir.  Hanya seremoni-seremoni di panggung kepalsuan. Hanya ritual-ritual yang berlalu tanpa bekas.

Aku hanyalah mahluk bermahkota ego. Aku hanyalah kuasa yang membelenggu. Aku jauh dari asa Sang Paskah. Aku, telur paskah yang busuk tiada guna.

Ijinkan aku menggugat paskahku!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun