Mohon tunggu...
Meidy Y. Tinangon
Meidy Y. Tinangon Mohon Tunggu... Lainnya - Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

www.meidytinangon.com| www.pemilu-pilkada.my.id| www.konten-leadership.xyz| www.globalwarming.blogspot.com | www.minahasa.xyz| www.mimbar.blogspot.com|

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lukisan Politik dan Kuasa di Bukit Tengkorak dan Kubur Kosong Itu

3 April 2021   08:35 Diperbarui: 4 April 2021   00:04 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kata orang politik itu kejam.
Tak ada kawan sejati, pun musuh sejati.
Yang ada hanya kepentingan sejati.
Kekuasaan, itulah tujuan abadi. 

Lihatlah dunia politik itu,
Berperang untuk kuasa.
Saling sikut untuk kuasa.
Saling hina untuk kuasa.
Bermuka dua, bersandiwara,
       membeli suara, menjual kawan, demi kuasa. 

Namun,  aku menemukan di suatu tempat, lukisan tentang kemenangan dan kekuasaan diraih tanpa kekejaman. Hanya pengorbanan dan  derita berjubah kasih. 

Aku melihat Manusia tak berdaya, dihina, disiksa, disalibkan dan mati disalib oleh para prajurit pemangku kuasa. Bukit Tengkorak menjadi saksi bisu derita tanpa dendam. Hanya pengampunan. KataNya, "sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."

Lalu kemudian, Dia menang atas kuasa maut. Kubur kosong menjadi saksi kebangkitan dan kemenangan. Dia pun berkuasa selama-lamanya. Tapi kuasaNya bukan untukNya, melainkan kuasa untuk kebenaran dan kehidupan manusia. Yah, kekuasaan yang menghidupkan. Seperti kataNya: "Akulah jalan kebenaran dan hidup!"

Di bukit sengsara dan kubur kosong itu, aku menemukan wajah lain politik.
Bahwa politik adalah jalan kasih menuju kemenangan dan kuasa, untuk mengasihi dan menghidupkan. Dan, bahwa sesungguhnya, kekuasaan adalah pemberian Ilahi kepada siapa Dia berkenan. Tak layak direbut dengan pedang dan uang. Hanya dengan mengasihi.

Politik sesungguhnya  adalah jejak mulia. Meraih anugerah kuasa untuk sejahtera rakyat. Kekuasaan yang membawa kehidupan. 

Dia yang mati dan bangkit itu pernah mengajarkan: "pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu. sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."¹

Ah, aku menemukan wajah lain politik dan kekuasaan. Politik kasih, politik hamba! Dan gambaran tentang kekuasaan yang menghidupkan.

====

#BukitMoria, 03042021

----

1.  Markus 10:42-45

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun