Dan...
Kita hanya bisa terkagum menatap mereka yang menggapai bintang, lalu menari-nari di tengah gemerlap langit. Kemudian, kita memberi gelar mereka: "mujur" dengan sedikit bumbu cemburu.
Dan...
Kita menganggap mereka yang menggapai bintang, hidup di dunia mistis, dengan nyanyian sihir dan irama magic. Simsalabim dan sekejap memeluk bintang. Tanpa berusaha mencari tahu berapa kilo peluh, air mata dan darah yang mereka ubah menjadi bensin untuk menggerakan mobil cita, asa dan usaha hingga mendarat berjumpa bintang.
Dan...
Kita selalu tergoda memejamkan mata, sambil berharap mimpi indah mencumbu bintang. Namun akhirnya, kita hanya bersua mimpi buruk. Ketika bintang jatuh di wajah dan ujungnya yang tajam mendera mata. Lalu  kita merintih kesakitan.Â
Dan ...
Untung saja malaikat datang membangunkan kita, lalu kita sadar itu hanya mimpi, bukan kenyataan.Â
Dan ...
Tunggu apa lagi. Berhentilah bermimpi. Kejarlah cita yang telah terbang ke langit sana, siap menanti diantara bintang. Dengar kidungnya setiap pagi: "Bangun! Bangkit!"
Dan ...
Tunggu apa lagi. Terbanglah menuju bintang. Meski tertatih. Terbanglah.Â
Dan...
Akhirnya, semuanya terserah padamu...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI