Mohon tunggu...
Meidy Y. Tinangon
Meidy Y. Tinangon Mohon Tunggu... Lainnya - Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

www.meidytinangon.com| www.pemilu-pilkada.my.id| www.konten-leadership.xyz| www.globalwarming.blogspot.com | www.minahasa.xyz| www.mimbar.blogspot.com|

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Elegi Hari Ini kepada Teknologi dan Kemajuan

15 Januari 2021   22:21 Diperbarui: 15 Januari 2021   22:26 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Elegi hari ini kepada apa yang kita lafalkan sebagai teknologi dan kepada apa yang kita kidungkan dengan tempo allegro sebagai kemajuan dan modernisasi.

Elegi hari ini. Mari kita tangisi lahirnya mesin-mesin yang beranak pinak, saling bunuh antar generasi, yang terakhir lahir tenggelamkan yang lama. Lalu, mereka menyingkirkan tenaga insan-insan yang akhirnya menjadi korban gilasan generasi mesin. 

Elegi hari ini. Ketika kemajuan yang kita agungkan itu, mampu meneropong sel tubuh dan mengutak atik pertalian benang-benang kromosom penentu  sifat mahluk, bahkan mengawinkan di luar tubuh. Ketika rahim pun kau cipta dalam sebuah tabung. Maju tapi hina bagi ciptaan termulia. 

Elegi hari ini. Ketika gawai merampok cinta kita. Yang dekat makin jauh, yang jauh makin dekat. Kita duduk bersama, namun engkau bercumbu dengan gawaimu. Aku pun bercumbu dengan gawaiku. Dan teknologi membangun tembok di antara kita. Cinta pun semu seperti kemarin yang mendung.

Elegi hari ini. Ketika teknologi menguasai hidup, menguasai bumi, dan dia .... tanpa nurani. Dan dia menjadi alat kepentingan. Dan dia menebar angin ketakutan. Dan dia mengancam peradaban semesta dengan simbol-simbol kemajuan bernama nuklir, senjata biologis dan corona.

Haruskah teknologi dan kemajuannya mengakhiri hidup kita? Mengantar kita kepada sesuatu yang kita takut untuk melafalkannya? Kiamat! 

Ataukah kita harus mendefinisikan kembali kemajuan itu? Bahwa hembusan angin kemajuan itu harus dihembuskan angin hikmat dalam kesadaran kemanusiaan? Bahwa teknologi menghamba kepada manusia dan kemanusiaan? 

Pikirkanlah itu, duhai dikau manusia yang menghamba kepada mesin-mesin tak bernurani bernama teknologi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun