Setelah kita berjalan menyusuri jalanan penuh aneka warna, Â mencumbui lorong penuh lukisan bintang-bintang, Â lapak-lapak di setapak yang menawarkan seribu janji tentang kita dan masa depan, Â lalu kita terbang ke dunia sang maya penuh celoteh dan rayuan.Â
Setelah kita jauh berjalan menyusuri lorong waktu berhias perbedaan, lalu memasuki ruang ketenangan diri untuk menimbang yang terbaik, dan merasakan getaran cinta dalam relung nurani.Â
Setelah sejuta asa diungkap dalam bait-bait doa. Setelah setitik hikmat jatuh dari sorga ke dalam hati yang terkadang bimbang.
Kini, saatnya kita mengungkap rasa tentang pilihan. Kepada bintang yang cahayanya menembus raga dan memeluk nurani. Â Kepada janji-janji yang pantas bersemayam tenang dalam relung pikiran. Kepada insan yang kan membawa kita ke sebuah dunia penuh damai dan sejahtera. Kepada mereka yang mampu mengubah mimpi menjadi fakta. Kepada mereka yang pantas mewakili Sang Khalik.Â
Mari, melangkah dalam keyakinan menuju ke bilik pilihan. Meskipun masker menutupi mulut dan hidung, namun suaramu mampu bicara kepada sehelai surat suara. Ketika paku menembus kertas berhias gambar bintang yang menyentuh pikir dan nurani, tersenyumlah karena hakmu tak kau abaikan. Â
Jarak antara kita harus kita jaga, namun kita tak harus mejaga jarak kepada kertas di bilik kecil itu. Â Kita harus memilih, Â karena memilih adalah tentang hak, Â tentang masa depan dan tentang suara Tuhan dalam hikmat dan kebijaksanaan...Â
----
Marijo ka TPS 9 Desember 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H