Kepada api yang membakar kayu, aku bertanya, mengapa ada asap kau kirim ke udara, lalu  bara dan abu kau sisahkan di dalam tungku? Â
Kepada air, aku bertanya, mengapa ada panas dan uap saat kau mendidih? Mengapa ada ampas dalam secangkir kopi yang kau larutkan? Mengapa pula ada puing pasca gelombang tsunami? Â
Kepada angin yang meyapu debu, Â aku bertanya, mengapa tak kau sapu kerikil tajam dan mengapa debu hanya berpindah rumah?
Kepada gunung tinggi kekar, aku bertanya, mengapa kau tak kuasa menahan muak lalu memuntahkan lahar? Â
Kepada samudera luas, aku bertanya, Â mengapa kau tak mampu menahan tiupan sang angin yang tak berwujud?Â
Kepada raja aku bertanya,  mengapa masih ada ketidakadilan di setiap ketukan palu?  Mengapa senjata tak mampu membunuh kenenaran? Dan,  mengapa tak semua rumput merunduk sujud dikala sang raja  melangkah di halaman istana?Â
Kepada diriku,  alam datang berbisik,  "tak ada yang sempurna di bawah langit, di bawah cahaya rembulan  dan di bawah sang mentari"Â
Kepada Sang Khalik, alam bersujud dan mengaku, "hanya Sang Khalik Mahasempurna."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H