Pagi cerah di awal November, biasanya engkau sendu bersama mendung hingga basah bermandi hujan
Tapi pagi ini, engkau cerah bersama mentari dan bercumbu mesra bersama insan-insan yang  merindumu
Aku adalah seorang diantara sejuta tou negeri yang merindu dan mencinta kepadamu
Meski engkau hanya diam, tanpa suara, tanpa sepatah kata, dan tiada mampu menciumku dengan mesraÂ
Engkau hanyalah Minawanua, bekas kampung yang dulunya berdiri kokoh benteng kayu sederhana,
yang hancur porak poranda dan mati bersama para Waraney Perang Tondano di suatu masa 1809,
namun kini engkau hidup lagi dalam wujud yang makin elok demi sebuah kisah eksistensi
dan prahara di kampung yang banjir tinta darah yang melukis namamu:Â "Moraya", Mera' waya !Â
Moraya, duhai Moraya...
Aku ingin mencumbumu demi sebuah cinta, semangat dan inspirasi
Pagi itu, aku menikmati tubuhmu, penuh ketulusan cinta
Lalu, engkau menyambutku dengan kehangatan sambil bertutur tentang nostalgia masa lalu
Pilar-pilar beton menuturkan kisah cinta yang dikhianati lalu berbuah perang
Menara megah menyanyikan kidung perjuangan,
tetapi juga senandung elegi tentang darah dan air mata Â
yang mengalir dari balik benteng hingga ke sungai Tondano
Aku bersandar di balok kayu tua, sisa puing-puing keagunganmu  yang masih kokoh
Tetiba, aku merasakan pelukan hangatmu, dan kau alirkan semangat cinta, keberanian dan pengorbanan
Waruga tua yang tak lagi tenggelam dimakan rawa,
menatapku penuh harapan tentang cinta yang tak lekang oleh waktu
Hati dan pikiranku bersemedi di antara sisa puing-puing Benteng Moraya
Lalu kudengar simfoni Burung Manguni dari ruang amphiteater,
merdu menyanyikan lirik lagu tentang cinta dan kehidupan,
tentang perjuangan dan pengorbanan
"Bahwa kehidupan, layaknya cinta, perlu diperjuangkan.Â
Bahwa perjuangan butuh keberanian dan pengorbanan.Â
Seperti cinta Benteng Moraya kepada kehidupan yang berani berkorbanÂ
darah, air mata hingga hancur dalam kefanaanÂ
Namun abadi dalam hati para pecinta negerinya, Minahasa"
***
MYT, Benteng Moraya, Minawanua, Roong - Tondano 021120, dalam sebuah kesempatan Simulasi Tungsura Pilkada 2020
Catatan:
- Benteng Moraya adalah situs wisata budaya dan sejarah yang dibangun di Kota Tondano, Ibukota Kabupaten Minahasa. Lokasinya disebut Minawanua, dimana dahulu pernah terjadi Perang Tondano dalam beberapa episode, terakhir di tahun 1809
-Â Minawanua = bekas negeri; Kata "Mina" artinya, pernah ada tetapi sekarang sudah tidak ada. Maksudnya, tempo dulu di tempat itu ada negeri dan sekarang sudah tidak ada lagi (negeri lama) karena negeri itu telah berpindah ke tempat lain. (1) Kata "Wanua" artinya, negeri atau kampung/desa.
- Waraney = sebutan untuk prajurit pemberani
- mera' waya = berdarah semua atau penuh dengan darah. Kata "Moraya" oleh beberapa ahli dianggap berasal dari frasa "mera' waya" Â
- Waruga =Â kuburan kuno orang Minahasa yang terbuat dari dua batu berbentuk segitiga dan kotak (2)Â
- Tou =Â Orang, manusia
Baca KONTEN KOMPASIANA TERKAIT: Â
klik:Â Menjemput Senja Penuh Makna di Minawanua