Bukan di bawah tanah, namun di kedalaman samudera. Mengada sebuah arus
Bukan di permukaan lautan lepas, sehingga mata telanjang mampu menerawang Â
Bukan di gemuruh ombak. Bukan juga di gelombang pasang dan tsunami
Samudera teduh tenang bukan tanpa ancamanÂ
Bukan di istana, tapi mungkin di bawah fondasi istana
Bukan di singgasana, hanya di lorong gelap tak bertuan Â
Bukan di hotel berbintang, mungkin hanya di gubuk usang
Manusia-manusia yang meradang oleh luka kekuasaanÂ
Kami hanya butuh sebuah cinta yang tulus dan sentuhan kasih
Kami hanya butuh nada-nada persahabatan dan gong keadilan
Kami hanya akan bersenandung lagu kemesraan, bukan elegi duka di lautan lepas
Jika kami merasakan getaran cinta, kebenaran dan keadilan
Sebab bukan hanya untuk yang di atas engkau menyandang mahkota
Sebab bukan untuk dirimu engkau mengabdikan diri
Sebab kami yang mengantarkan engkau di kursi empuk itu Â
Titanic tak berdaya pada sang alamÂ
Salam dari kami yang tak nampak di permukaan
Namun mampu mengguncang perahu di permukaan
Salam dari kami yang sering terlupakan Â
Tertanda. Arus bawah....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H