Aku melihat sebuah gedung tua di sudut kota
Renta takberdaya
Rapuh tanpa mahkota Â
Hanya ada sepotong senyum
dan sisa-sisa keagungan
Gereja tua tak mampu bersolek,
hanya mampu berdiri
menatap hiruk pikuk kota
Jantung berdetak kencang
saban buldoser angkuh lewat Â
Di sudut jalanan
tubuh-tubuh terkapar
Lapar
Lesu
Luka
Lara
Menanti detik-detik penghabisan
Mereka tak mengenal gereja tua itu
Pun gedung-gedung sakral lainnya
Mungkin mereka atheisÂ
Tuan besar lewat tanpa menatap
Mobil mewah hampir mencabut nyawa
Tubuh-tubuh tak berdaya
Hanya mampu berharap
dan tetap terkapar
Lapar
Lesu
Luka
LaraÂ
Lalu, aku melihat
manusia renta, tertatih bertopang tongkat
mendekati tubuh-tubuh yang terkapar Â
Mulut tua dan ompong mengucap kata
Wajah renta tengadah ke langit
Sesuap nasi
Segelas air
Setitik harap
Seberkas cahaya
Membangkitkan tubuh-tubuh yang terkapar itu
Meskipun...... mereka tak saling mengenalÂ
Gereja tua keluar dari ketenangan masa tuanya
Dia kukuh pada panggilannya
Sebab kepada dunia dia mengada
Kepada gelap dia bercahaya
Kepada tubuh-tubuh terkapar tak dikenal dia mencinta
dan membuktikan cinta sejati itu memang buta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H