Mohon tunggu...
Meidy Y. Tinangon
Meidy Y. Tinangon Mohon Tunggu... Lainnya - Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

www.meidytinangon.com| www.pemilu-pilkada.my.id| www.konten-leadership.xyz| www.globalwarming.blogspot.com | www.minahasa.xyz| www.mimbar.blogspot.com|

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kita dan Puing-puing Sisa Keagungan

11 September 2020   10:52 Diperbarui: 11 September 2020   10:58 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lama menatap puing-puing sisa keagungan dan kemegahan itu.  Sebuah bangunan kokoh akhirnya rapuh jua.  Katanya, paling mahal nan mewah. Tinggi, hampir mencium langit. 

Puing-puing sisa itu akhirnya berkisah tentang sesuatu yang agung dan kokoh, tetaplah fana dan tak sanggup bertahan dalam keangkuhan. Menepuk dada lalu tangan mengepal,  terucap kata: "akulah sang hebat! "

Puing-puing sisa keagungan itu adalah kisah tentang kita, yang merasa perkasa tiada tertandingi, tanpa menyadari kita hanyalah insan yang fana sekalipun mulia.  Yang suatu saat hanya berwujud puing-puing kehancuran yang kemudian hancur menjadi debu. 

Apa yang kita banggakan? Apa yang kita agungkan? Banggakan Dia yang memberi. Agungkan Dia yang mengambil. Terpujilah nama Tuhan! 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun