Mohon tunggu...
Meidy Y. Tinangon
Meidy Y. Tinangon Mohon Tunggu... Lainnya - Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

www.meidytinangon.com| www.pemilu-pilkada.my.id| www.konten-leadership.xyz| www.globalwarming.blogspot.com | www.minahasa.xyz| www.mimbar.blogspot.com|

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Api Bulan Agustus

31 Agustus 2020   17:17 Diperbarui: 1 September 2020   07:35 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Api bulan Agustus

Ada api yang membakar hati. Belam api selalu ada di kala dua insan sedang kasmaran. Dua hati merenda cinta  dalam lautan api asmara di sepanjang samudera cinta. Jangan kau padamkan api itu. Api itu, api cinta anak manusia. Bukankah cinta itu anugerah?

Ada api yang membakar ego. Di kala ambisi bertemu gengsi, kobaran api menambah semangat. Jiwa-jiwa penuh ambisi bersorak dalam lidah api dalam gelombang kekuasaan. Saatnya nanti pelakon politik penuh ambisi siap menjelma menjadi badak api. Buas menerkam kawan yang jadi lawan. Siapa yang sanggup padamkan api?  

Ada api yang membakar jiwa raga. Bulan Agustus selalu terkenang gelora juang kusuma bangsa.  Api semangat kibarkan sang merah putih. Berjejer obor-obor yang menyala di jutaan pulau yang berjajar dalam satu Indonesia. Jutaan obor pembangunan dalam jiwa dan raga anak negeri bumi pertiwi. Indonesia harga mati, jangan padamkan api itu!

Ada api yang membawa derita dan gelisah. Nyala api melahap gedung tempat bernaung keadilan dan kebenaran, tempat dimana hukum ditegakkan menjadi panglima negeri. Api-api menghanguskan, tertinggal bara api curiga. Siapa dibalik api? Entahlah. Namun, peribahasa jadul berkata: "bermain air basah, bermain api letup, bermain pisau luka." Panglima negeri, jangan kau usir asap, tapi bara api tetap kau tinggalkan!  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun