Ada api yang membakar hati. Belam api selalu ada di kala dua insan sedang kasmaran. Dua hati merenda cinta  dalam lautan api asmara di sepanjang samudera cinta. Jangan kau padamkan api itu. Api itu, api cinta anak manusia. Bukankah cinta itu anugerah?
Ada api yang membakar ego. Di kala ambisi bertemu gengsi, kobaran api menambah semangat. Jiwa-jiwa penuh ambisi bersorak dalam lidah api dalam gelombang kekuasaan. Saatnya nanti pelakon politik penuh ambisi siap menjelma menjadi badak api. Buas menerkam kawan yang jadi lawan. Siapa yang sanggup padamkan api? Â
Ada api yang membakar jiwa raga. Bulan Agustus selalu terkenang gelora juang kusuma bangsa. Â Api semangat kibarkan sang merah putih. Berjejer obor-obor yang menyala di jutaan pulau yang berjajar dalam satu Indonesia. Jutaan obor pembangunan dalam jiwa dan raga anak negeri bumi pertiwi. Indonesia harga mati, jangan padamkan api itu!
Ada api yang membawa derita dan gelisah. Nyala api melahap gedung tempat bernaung keadilan dan kebenaran, tempat dimana hukum ditegakkan menjadi panglima negeri. Api-api menghanguskan, tertinggal bara api curiga. Siapa dibalik api? Entahlah. Namun, peribahasa jadul berkata: "bermain air basah, bermain api letup, bermain pisau luka."Â Panglima negeri, jangan kau usir asap, tapi bara api tetap kau tinggalkan! Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H