Mohon tunggu...
Meidy Y. Tinangon
Meidy Y. Tinangon Mohon Tunggu... Lainnya - Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

www.meidytinangon.com| www.pemilu-pilkada.my.id| www.konten-leadership.xyz| www.globalwarming.blogspot.com | www.minahasa.xyz| www.mimbar.blogspot.com|

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Madah Syukur dalam Duka Nestapa

9 Juli 2020   08:06 Diperbarui: 9 Juli 2020   07:54 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini langit terasa mendung, ruang  hidup serasa kelam, meskipun cahya sang fajar begitu jelas jatuh ke bumi.  Kidung duka lara mengalun sendu, isak tangis tak terhalau, gambaran kepedihan hati ketika memandang sosok seorang lelaki tercinta yang dulunya  gagah perkasa dalam juang kembara hidup, kini terbaring kaku tak berdaya, tanpa napas apalagi kata.

Manusia mana yang tiada berduka di kala berpisah dengan kekasih hati?
Manusia mana yang tiada bersedih di kala di tinggal yang tercinta?

Benar, tiada yang dapat menghalangi duka, sedih dan air mata kami  
Namun, tiada jua yang dapat menghalangi kami untuk tetap mengungkap narasi cinta dalam madah syukur dan bahasa  kasih, karena cinta kami abadi di dunia fana hingga ke surga kekal  

Madah syukur, ungkapan kasih terkenang cinta pada lelaki sejati, suami yang setia  
Masih terkenang kita bersama memadu cinta di jalan berliku  
Masih terkenang dalam juang mu di tengah ancaman sengatan  listrik tegangan  tinggi, dengan gagahnya lelaki sejati bertarung nyawa memutar turbin cahaya kehidupan  
Masih terkenang kisah imanmu, kau selalu berpaut pada Sang Khalik dalam doa dan keluh serta sujud syukur  

Madah syukur, ungkapan kasih kepada sosok seorang ayah terbaik  
Masih terkenang jerih juangmu untuk tumbuh kembang buah hatimu  
Masih mengiang narasi didikanmu tentang kejujuran dan semangat, harta berharga untuk anak dan cucu  
Masih terkenang teladanmu tentang berbagi kasih dalam ketulusan kepada sesama  

Sejuta alasan bagi kami untuk kidungkan madah syukur, sekalipun dalam lembah kelam duka nestapa  
Terima kasih Tuhan untuk anugerah  seorang lelaki sang fajar hidup, suami tercinta, ayah terbaik  
Kami berduka, dia yang tercinta pergi meninggalkan kami, namun kami bersyukur jejak hidup dan cintanya tetap membekas di hati kami, menjadi fajar kekal kehidupan  

Selamat menuju keabadian lelaki tercinta  
Selamat menikmati tempat terbaik bersama Tuhan di surga sana, tempat dimana kita pasti bertemu lagi .....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun