Mohon tunggu...
Meidy Y. Tinangon
Meidy Y. Tinangon Mohon Tunggu... Lainnya - Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

www.meidytinangon.com| www.pemilu-pilkada.my.id| www.konten-leadership.xyz| www.globalwarming.blogspot.com | www.minahasa.xyz| www.mimbar.blogspot.com|

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Benarkah Politik Itu Kejam?

30 Juni 2020   21:33 Diperbarui: 1 Juli 2020   06:33 922
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Benarkah politik itu kejam?" tanyaku pada diriku sambil menyeruput secangkir kopi pahit, lalu kupejam sejenak mata ini, membawa alam pikir membayangkan kelakuan insan yang disebut politisi.   

Aku melihat percakapan insan pecinta kuasa di sudut kota berserak sampah, bercakap serius tentang jalan meraih kuasa, tentang sobat yang harus disingkirkan, tentang rupiah untuk membeli suara dan tentang dusta berjubah putih. 

Pun, aku melihat pemegang kuasa di istana rakyat, bercakap dalam kemewahan istana yang sedang digerogoti tikus-tikus liar, berwacana merdu tentang daulat rakyat, namun siapa sangka ada udang dibalik batu.   

Politik memang hidup di alam kuasa, seni meraih dan mempertahankan kuasa, lalu membagi kue kekuasaan.

Sah-sah saja meraih kuasa asalkan kuasa itu untuk daulat dan sejahtera rakyat.

Politik akan menjadi kejam jika jalan menuju kuasa berlumur darah anak negeri, yang ditabrak kereta taktik busuk, abaikan markah nurani dan rambu-rambu lalu lintas demokrasi.   

Politik sesungguhnya tidak kejam, jika tarian seni kuasa berbalut nurani memeluk mesra keadilan dalam cinta nan damai, tak mau berpisah, mewujud kuasa yang menghidupkan...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun