Mohon tunggu...
Meidy Y. Tinangon
Meidy Y. Tinangon Mohon Tunggu... Lainnya - Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

www.meidytinangon.com| www.pemilu-pilkada.my.id| www.konten-leadership.xyz| www.globalwarming.blogspot.com | www.minahasa.xyz| www.mimbar.blogspot.com|

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

12 Juni 1831 dan Kisah 2 Pendeta Jerman dalam Sejarah Kekristenan Indonesia

12 Juni 2020   16:54 Diperbarui: 12 Juni 2020   16:52 3166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
|| Foto: Riedel dan Schwarz dari www.mimbar.online || 

Sejarah kehidupan beragama, khususnya agama Kristen di Indonesia tak lengkap jika tidak menuliskan kisah 189 tahun lalu di Minahasa, yaitu tanggal 12 Juni 1831. Apa yang terjadi di tanggal tersebut?

Sejarah kekristenan di Indoensia, tak jua lengkap jika tak mengisahkan proses perkembangan penginjilan di Minahasa - Sulawesi Utara, salah satu tempat di Indonesia dimana benih injil bertumbuh dengan baik.

Tanggal 12 Juni 1831 oleh warga gereja protestan di Minahasa, khususnya umat Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) dirayakan sebagao Hari Pekabaran Injil dan Pendidikan Kristen. Di tanggal tersebut, 2 orang penginjil yaitu Johann Friedrich Riedel dan Johann Gttlieb Schwarz menginjakan kaki di tanah Minahasa tepatnya di Manado, sebagai bagian dari wilayah adat Minahasa untuk memulai tugas penginjilan secara berkelanjutan. Dua penginjil ini mengabdikan hidupnya untuk pekabaran injil di tanah Minahasa, hingga meninggal dunia dan dikebumikan di Minahasa.

Meskipun demikian, sebelum mereka, telah ada penginjil lainnya yang memperkenalkan Injil kepada Tou Minahasa. Sebelum Riedel dan Schwarz datang pada tahun 1831, aktivitas pekabaran injil di tanah Minahasa sebenarnya telah berlangsung, baik oleh pekabar injil Katolik  maupun Protestan.

Di kalangan protestan, Sejak abad ke --17, pendeta-pendeta protestan dari Belanda telah bergantian datang ke Minahasa, dalam rangka pelayanan mereka diantara pegawai-pegawai VOC (Verenigde Oost-Indische Compagnie), yakni serikat dagang Hindia Timur, yang membeli berbagai komditi pertanian di wilayah yang kita kenal sekarang sebagai Nusantara-Indonesia, termasuk Minahasa. 

Ada catatan-catatan pendek yang berisi nama-nama para pendeta Belanda itu, akan tetapi kegiatan mereka tidak berkesinambungan, sebab Minahasa pada waktu itu hanyalah sebagai daerah persinggahan bagi para pendeta VOC. 

Kegiatan penginjilan yang berkesinambungan baru terjadi pada abad ke-19 ketika Johann Friedrich Riedel dan Johann Gttlieb Schwarz mengawali gelombang kedatangan para penginjil dari Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG).

Riedel dan Penginjilan di Tondano

Riedel ahir di Erfurt Jerman 1798, mulanya sebagai tukang jahit. Pada tahun  1822 (umur 23 tahun) mulai bergabung dengan Zending. Setelah dididik di Jaenicke, berangkat ke tanah Hindia Belanda (23 Nopember 1829). Pada 12 Juni 1831 melalui Ambon tiba di Kema lalu ke Manado dan belajar bahasa makatana (bahasa lokal Minahasa) beberapa bulan di Manado dibimbing oleh pendeta Hellendoorn (HB Palar, Wajah Baru Minahasa, Gibbon Foundation).

Riedel mulai menetap di Tondano pada tanggal 14 Oktober 1831. Ketika Riedel datang di Tondano, sudah ada sekitar 100 orang yang mengenal kekristenan. Pendeta Jan Geritt Hellendoorn memperkenalkan jemaat itu kepada Riedel. Mungkin jemaat itu pernah dilayani oleh pendeta-pendeta VOC, yang masuk Minahasa dengan mengambil jalur perjalanan melalui pantai Kora Kora, tetapi dapat juga dianggap sebagai buah-buah pekerjaan pelayanan Injil dari Hellendoorn, yang disebut sebagai "peletak dasar kekristenan di Minahasa".

Dalam catatan H.B Palar, disebutkan bahwa Dr. Kruijf menulis bahwa Riedel datang di Tondano yang masih merupakan perkampungan baru bagi orang-orang pindahan dari kampung di atas air (Minawanua), sesudah perang di wilayah Danau Tondano  tahun 1809. Belum ada rumah tetap baginya, kecuali rumah yang dipinjamkan pemerintah. Terdapat sebuah gereja kayu kecil, jemaat berjumlah 200 orang. Pada hari minggu hanya sepersepuluhnya yang hadir di gereja. Kebanyakn masih tinggal dalam gubuk di ladang-ladang padi dan belum mengerti apa itu hari minggu.

Disaat kedatangan Riedel, pengenalan orang Tondano akan kekristenan masih kurang. Banyak orang hidup tidak tertib. Karena itu pula usaha pertama Riedel dalam kegiatan penginjilan adalah  memberi perhatian pada sekolah yang sudah ada. Baginya, keteraturan, kebersihan dan kesopanan dapat diajarkan melalui pendidikan agama. 

Selain itu dengan topangan istrinya, Riedel mengadakan pendekatan terhadap orang-orang kampung. Ia menerima mereka di rumahnya, mengadakan percakapan dengan mereka mengenai kehidupan sehari-hari dan ia juga mengadakan perkunjungan ke rumah-rumah. Iapun bertegur sapa dengan orang-orang yang dijumpainya, dan dengan pendekatan itu Riedel mengadakan percakapan dengan penduduk setempat. Setelah keakraban terjalin barulah Riedel mengalihkan perhatian orang-orang Tondano kepada pengajaran Kristen. Siapa yang dilihatnya memberikan perhatian sungguh-sungguh dijadikannya orang-orang inti dalam persekutuan di rumahnya.

Perhatian Riedel terhadap orang-orang sakit juga mempengaruhi penduduk. Walaupun kepercayaan penduduk terhadap kepercayaan lama tidak segera hilang. Orang Tondano ternyata menerima pengajaran Kristen yang dibawa oleh Riedel. Selain jumlah mereka yang mengikuti kebaktian semakin banyak, perkembangan di bidang pendidikan  semakin tampak oleh banyaknya anak-anak yang rajin kesekolah. 

Schwarz dan Penginjilannya di Langowan

Schwarz lahir di Koningsbergen Jennan, 21 April 1800. Mula-mula sebagai tukang sepatu. Pada tahun 1822, bersama-sama dengan Riedel dididik di Jaenicke, lalu pada 1827 keduanya ke Rotterdam. Pada 23 Nopember 1829 bertolak ke Hindia Belanda dan tiba di Ambon 7 Januari 1832. Setelah belajar bahasa daerah beberapa bulan di Manado, ia diajak pendeta Hellendoorn ke Langowan dan sekitarnya untuk mencari tempat cocok untuk dijadikan pos. Walau memilih Langowan namun untuk sementara waktu harus tinggal di Kakas. Pada tahun-tahun awal ia mendapat perlawanan dari ulama-ulama (Walian) Alifuru yang diam-diam disokong oleh Mayoor Langowan. Setelah Mayoor tersebut dipecat pemerintah, karya pendeta Schwarz mulai berkembang.  Terlebih setelah pemerintah melarang semua peranan  para walian.

Hal yang hampir sama dengan Riedel, juga dilakukan Schwarz di Langowan. Walaupun Schwarz menghadapi para Walian (pemimpin agama tua di Minahasa) yang pengaruhnya kuat dalam diri anggota  masyarakat, namun adanya sekolah-sekolah yang menjadi sarana pembelajaran kekristenan sangat membantu penerimaan orang Langowan dan sekitarnya terhadap Injil. 

Hal ini nyata sesudah tiga tahun pelayanan Schwarz ada 4 orang dibabtis, sesudah sembilan tahun bertambah menjadi 300 orang dan lebih dari 1800 orang sesudah 12 tahun. 

Penutup

Dalam pekabaran injil, pemuliaan akan Tuhan menjadi alasan utama mengapa Riedel dan Schwarz memberi diri keluar dari kaumnya dan berintegrasi dengan orang-orang Minahasa. Semangat untuk mengantarkan orang lain mengenal dan memahami kerja penebusan Kristus menjadi motivasi utama dalam diri para zendeling Riedel dan Schwarz. 

Riedel meninggal di Tondano pada 12 Oktober 1860 dan dimakamkan di Tondano, Ibukota Kabupaten Minahasa sekarang. Namanya diabadikan sebagai nama salah satu jemaat/gereja di Tondano yaitu Jemaat GMIM "Riedel" Wawalintouan.

Schwarz meninggal pada 1 Februari 1859 dan dimakamkan di Langowan. Namanya diabadikan sebagai nama salah satu jemaat/gereja di Langowan, kabupaten Minahasa yaitu Jemaat GMIM "Schwarz Sentrum" Langowan.

Terimakasih Tuhan, engkau mengutus Riedel dan Schwarz di Minahasa-Indonesia.

***

note:  Sumber utama tulisan adalah Buku Harta Terpendam yang diterbitkan panitia peryaaan HUT --70 GMIM Bersinode.

Sebagian isi konten ini pernah tayang di blog saya: www.mimbar.online 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun