Mohon tunggu...
Meidy Y. Tinangon
Meidy Y. Tinangon Mohon Tunggu... Lainnya - Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

www.meidytinangon.com| www.pemilu-pilkada.my.id| www.konten-leadership.xyz| www.globalwarming.blogspot.com | www.minahasa.xyz| www.mimbar.blogspot.com|

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[Renung Minggu] Tentang Kekuatiran

31 Mei 2020   13:37 Diperbarui: 31 Mei 2020   13:43 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"The 'loneliest generation' gets lonelier" || businessinsider.com

Kuatir atau khawatir sering menghantui hidup kita. Bagaimana harus bersikap terhadap kekuatiran?


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, khawatir atau kuatir diberikan arti: takut (gelisah, cemas) terhadap suatu hal yang belum diketahui dengan pasti. Jadi, kuatir itu berhubungan dengan perasaan takut, gelisah atau cemas terhadap hal apa saja yang belum ada kepastian. Kita kuatir akan hari esok tentang hidup yang akan kita lalui yang pasti, belum pasti! 

Belum pasti apakah hujan atau panas, belum pasti apakah ada makan atau tidak, belum pasti bertemu atau tidak bertemu seseorang, dan lain sebagainya.

Terkadang, kita telah melakukan usaha namun hasilnya belum pasti. Misalnya, kalau sakit kita berupaya mengobati namun belum langsung sembuh. Kalau tak ada pendapatan, kita berusaha bekerja tapi hasil kerja kita belum pasti sesuai harapan atau tidak. Hal-hal seperti itu mendatangkan kekuatiran.

Sebuah puisi berjudul "kuatir" yang tayang di kompasiana.com 20 April 2020 memberikan gambaran tentang kuatir dan cara menghadapinya. Konten lengkap puisi tersebut dapat dibaca disini.

Penggalan bait awal tertulis seperti ini:

Malam ini...
Ragaku tak berdaya....
Nyeri menikam tubuhku...
Nurani insani menjerit...
Alam pikir tak setimbang...
Sesuatu membuatku takut...
Kuatir !!!

Bait ini hendak berkisah tentang contoh dari kekuatiran yangdapat berupa ketiadaberdayaan tubuh manusia karena sakit, yang digambarkan dalam larik puisi: "ragaku tak berdaya, nyeri menikam tubuhku..." Situasi kesakitan membuat kekuatiran dan ketakutan dalam rasa dan pikir dirangkai dalam larik kalimat: "Nurani insani menjerit, alam pikir tak setimbang..."

Bagaimana pengalaman penulis puisi tersebut menghadapi kekuatiran?

Bait selanjutnya berkisah,

Kucoba tenangkan diri
mencari cara hapus rasa ini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun