Mohon tunggu...
Meidy Y. Tinangon
Meidy Y. Tinangon Mohon Tunggu... Lainnya - Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

www.meidytinangon.com| www.pemilu-pilkada.my.id| www.konten-leadership.xyz| www.globalwarming.blogspot.com | www.minahasa.xyz| www.mimbar.blogspot.com|

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kisah Pencarian 1 Surga di 3 Tempat

20 Mei 2020   22:30 Diperbarui: 21 Mei 2020   11:36 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
| "Where is Heaven?" || thoughtsfromcanaan.com | 

Alkisah ... 
Ada suatu tempat Rumah Bapa bernama surga.  
Surga mulia tempat Sang Khalik bersemayam.
Surga mulia tempat Tuhanku terangkat naik.
Surga mulia disana Roh Kudus turun ke bumi.  
Surga mulia disana banyak tempat disiapkan untuk kita.  
Surga, kesanalah tujuan kekekalan hidup, meski ku tak tahu surga itu persisnya dimana. 

Yang ku tahu surga itu melampaui langit. Langit di atas langit, namun entah dimana pastinya. Sang astronot melintas langit, tak jua menemukannya. Google Maps, Google Search, GPS pun tak bisa memastikan tempat bernama surga.
Ah, andai bisa ....

          Lalu, diiceritakanlah oleh orang-orang di kolong langit bernama bumi, kata mereka, "surga itu di telapak kaki ibu."
Akupun makin bingung, yang ku tahu surga hanya satu. Jika surga di telapak kaki ibu, mana mungkin Tuhan diam disitu? Terlalu hina untuk Sang Maha Agung. Apakah maksud mereka, ku harus beribu kali mencium telapak kaki ibu, agar kutemukan surga itu?
Bagaimana jika ibu pergi dipanggil duluan mendahului anak-anaknya, haruskah anak-anak mencari ibu tiri atau ibu angkat agar surga ditemukan
Ataukah  telapak kaki ibu, adalah penunjuk jalan ke surga? Jejak-jejak telapak kaki sang ibu yang tulus merawat suami dan anak-anaknya. Entahlah, semoga Ayah tak cemburu karena kakinya bukan tempat surga berada.

           Suatu ketika aku diberitahu seorang ekoteolog-feminis, bahwa bumi rumah kami, adalah ibu semesta. Aku berpikir, jika surga di telapak kaki ibu, dan bumi adalah ibu, dimanakah telapak kaki bumi?  Kaki bumi pasti di bawah, yah disana ada tanah memeluk batu berselimut air. Lalu surga itu persisnya dimana?

Kemudian, aku melihat mayat-mayat korban pandemi dikuburkan di dalam galian lobang di dalam tanah, telapak kaki bumi ibu semesta.
Doa dan harap dinaikan mengiringi  penguburan mereka yang menyatu dengan sang bumi. Dalam doa terselip kata supaya mereka diterima di sisi Sang Khalik. Ah, bukankah itu artinya mereka diharap masuk surga? Tapi, kuburan bukan surga, melainkan tempat perhentian sementara bagi yang meninggal, menanti saat penghakiman tiba.

          Suatu malam, kubaca sebuah ayat dari Kitab Suci: 
"Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan!  akan masuk  ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga" *)

Akhirnya aku tiba mendekati kesimpulan tentang 1 surga di 3 tempat. Bahwa hanya ada 1 surga nun jauh disana. 2 tempat lain, telapak kaki ibu dan bumi sebagai ibu segala mahluk,  hanya kiasan penuh makna, hanyalah "surga" untuk mencapai surga sesungguhnya, surga mulia!

Tak semua yang bisa tiba di surga sana, jika di "surga bumi" tidak ikut perintahNya. Perintah itu disampaikan lewat putraNya yang menjadi Manusia yang lahir di bumi, menginjak bumi dan membumi. Perintah itu diteruskan Sang Putra Tunggal pada ibu, orang tua dan diteruskan pada keturunannya, turun temurun. Ah, Setiap orang tua (harusnya) menjadi surga bagi anaknya. Ikutilah jejak telapak kaki orang tua, yang adalah jejak langkah menuju surga!

Sesungguhnya surga dapat kita temukan "tiket"nya di bumi, ibu segala mahluk. Sang Putra Tunggal datang ke bumi ke dalam panggung dunia. Tak seorangpun datang pada Bapa di Surga tanpa ikut jalan Sang Putra, Jalan Kebenaran dan Hidup....
          Berlakulah baik dan bijak, damai dan sejahtera selama menginjak bumi jika kita merindu surga mulia

Sang Putra Tunggal lahir hina mulia, hidup berkarya layaknya manusia. Dia menderita, mati, bangkit, memberkati kita melalui murid-muridnya, lalu naik ke surga, menanti kita disana. 

Rindukah kita akan surga mulia?
---
*) Matius 7:21

Ditulis dalam renung diri, di malam jelang Hari Kenaikan Kristus ke Surga, 20 Mei 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun