Mohon tunggu...
Meidy Y. Tinangon
Meidy Y. Tinangon Mohon Tunggu... Lainnya - Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

www.meidytinangon.com| www.pemilu-pilkada.my.id| www.konten-leadership.xyz| www.globalwarming.blogspot.com | www.minahasa.xyz| www.mimbar.blogspot.com|

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Semua Orang adalah Pemimpin!

19 Mei 2020   15:15 Diperbarui: 19 Mei 2020   15:51 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua orang adalah pemimpin? Masa iya? Jika semua orang adalah pemimpin, siapa lagi yang dipimpin?

Sebagian dari kita memang mengidentifikasi pemimpin adalah mereka yang memiliki jabatan formal dalam suatu organisasi atau kelembagaan termasuk dalam struktur pemerintahan.  Sayapun awalnya berpandangan demikian. Namun setelah mengalami dan menimbang-nimbang  struktur dan peran personal manusia, maka saya sampai pada kesimpulan: "semua orang adalah pemimpin!"

Kesimpulan tersebut tidak akan kita dapatkan ketika kita membaca definisi kepemiminan atau leadership yang secara umum disebut sebagai seni atau kemampuan mempengaruhi orang yang dipimpin untuk bersama-sama mau mengerjakan tugas organisasi dalam mencapai visi, misi dan tujuan organisasi. 

Definisi para ahli pun seperti itu. Misalnya,  Tead (1929) menyebut kepemimpinan sebagai perpaduan berbagai sifat yang memungkinkan individu mempengaruhi orang lain untuk menggerakkan beberapa tugas tertentu.  Bundel (1930) mengartikan kepemimpinan sebagai seni mempengaruhi orang lain, mengerjakan apa yang diharapkan supaya orang lain mengerjakannya.

Sebagian besar pustaka tentang kepemimpinan berbicara dalam konteks pemimpin kelompok atau organisasi. Maka opini saya tentang semua orang adalah pemimpin, terbantahkan. Saya pun tak bermaksud membantah teori-teori kepemimpinan tersebut. Teori dan definisi tersebut berdiri di atas perspektif masing-masing. Saya coba melihat dari perspektif berbeda, namun masih dalam konteks organisasi.

Organisasi secara umum diartikan sebagai kumpulan orang-orang yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam konteks usaha bersama mencapai tujuan organisasi tersebut, maka dibutuhkan seorang pemimpin yang memiliki leadership skill. 

Sebagai kumpulan orang, maka kita mengenal sebuah unit organisasi yang paling kecil adalah keluarga. Dalam satu keluarga ada pemimpinnya yaitu orang tua dalam perspektif paternalisme.

Saya hendak mengajak kita lebih jauh lagi memahami tentang organisasi, bahwa sesungguhnya organisasi terkecil bukan keluarga melainkan seorang manusia yang menjadi anggota keluarga.

Manusia dalam ilmu biologi adalah organisme. Tubuh seorang manusia memiliki bagian-bagian tubuh yang kita biasa kita sebut anggota tubuh. Sebagai sebuah sistem organisasi, tubuh kita juga terdiri dari berbagai sub sistem yang kita kenal dengan sistem organ. Sebut saja, sistem pencernaan, sistem saraf dan lain sebagainya. Sistem-sistem itu mengatur irama fungsi dari organ-organ untuk beraktivitas mencapai tujuan, yang terutama tujuan untuk tetap hidup. Survive!  

Dengan demikian, tubuh kita merupakan sebuah organisasi. Kumpulan anggota-anggota tubuh, organ-organ, yang berinteraksi mencapai tujuan hidup atau untuk bertahan hidup. Bahkan dibanding dengan organisasi yang kita kenal, tubuh memiliki ikatan yang paling kuat secara fisik dan psikis. Tak mudah lepas. Satu bagian hilang atau tak berfungsi maka akibatnya bisa fatal. Satu bagian tersakiti, seluruh tubuh pun sakit.

Organ-organ itu butuh kepemimpinan agar supaya gerak langkah, tindakan dalam aktivitas hidup benar-benar terarah, sehat, normal dan berguna. Siapa pemimpinnya?  

Pemimpinnya adalah kita sendiri. Tubuh itu sendiri. Kitalah yang akan berpikir, berencana, merasa, memutuskan setiap gerak langkah kita. Menentukan visi hidup pribadi sebagaimana layaknya konsep kepemimpinan visioner. Inilah yang saya maksudkan itu. Kita semua adalah pemimpin. Pemimpin untuk diri kita sendiri. Kepemimpinan personal.

Kepemimpinan personal punya tanggung jawab sosial dalam organisasi yang lebih luas lagi, mulai dari keluarga, desa/kelurahan, kecamatan hingga tingkatan negara bahkan global. Kepemimpinan personal yang sehat, visioner, komunikatif dan bijaksana akan membuat organisasi keluarga, hingga bangsa dan negara kuat.

Ketika kepemimpinan  personal tertentu atau pribadi tertentu mendapatkan tanggung jawab memimpin organisasi keluarga atau negara, maka kepemimpinan personal tersebut akan sangat menentukan nasib organisasi keluarga dan bangsa. Bukankah tanggung jawab menentukan visi, misi dan kebijakan organisasi keluarga hingga negara adalah tanggung jawab pemimpin. 

Ini tugas yang berat, karena pemimpin organisasi sosial, keluarga dan negara berarti akan memimpin para anggota yang notabene merupakan pemimpin bagi diri mereka sendiri. Yah, inilah seni memimpin para pemimpin!

Dalam konteks sosial, kepemimpinan personal memiliki kedudukan sebagai anggota hingga pemimpin. Jika kita sebagai anggota jadilah anggota yang baik dan jika sebagai pemimpin jadilah pemimpin yang baik. Baik tidaknya kita dalam kedua posisi tersebut, tergantung pada keputusan dan sikap serta langkah kita sebagai pemimpin organisasi tubuh kita. Karena kita semua adalah pemimpin untuk diri kita.

Semua orang adalah pemimpin!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun