Mohon tunggu...
Meidy Y. Tinangon
Meidy Y. Tinangon Mohon Tunggu... Lainnya - Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

www.meidytinangon.com| www.pemilu-pilkada.my.id| www.konten-leadership.xyz| www.globalwarming.blogspot.com | www.minahasa.xyz| www.mimbar.blogspot.com|

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Ups, 80 PDP Terdeteksi di Rumah Kompasianer, Ada Anak Kembar 12!

14 Mei 2020   21:51 Diperbarui: 14 Mei 2020   21:44 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
| ilustrasi "Stay Productive"|| dokpri | 

PDP atau Pasien Dalam Pengawasan, tak asing lagi di telinga kita sepanjang masa Pandemi Covid-19. Dokter Panji Hadisoemarto kepada kompas.com 19/3/2020 menjelasakan bahwa PDP adalah mereka yang memiliki gejala panas badan dan gangguan saluran pernapasan. Gangguan saluran pernapasan itu bisa ringan atau berat, serta pernah berkunjung ke atau tinggal di daerah yang diketahui merupakan daerah penularan Covid-19.

Sejak Februari 2020, diam-diam di kompasiana.com, "rumah" para kompasianer ternyata ada juga PDP. Jumlahnya banyak dan saban hari bertambah. Tapi PDP di Kompasiana, beda dengan PDP seperti penjelasan dokter Panji di atas. PDP di Kompasiana, rumah kreasi para kompasianer, maksudnya adalah Puisi Dimasa Pandemi (PDP).

Pandemi membuka ruang baru bersemainya inspirasi, kreatifitas dan inovasi para kompasianer untuk melahirkan karya tulis. Tema tulisan fiksi dan non-fiksi terhisab dalam ruang pandemi. Untung saja untuk kategori puisi baru sampai PDP, belum terbukti positif. Hehehe.

Banyak lho jumlahnya. Ketika saya search dengan 3 frasa sebagai key words, masing-masing: puisi corona, puisi pandemi, puisi covid-19 hasilnya adalah: 80 judul puisi!

Jumlah ini bisa lebih, mengingat ada puisi yang temanya pandemi covid-19 namun judul, isi konten dan label tag-nya tak menyebut key words di atas.

Jika dilihat dari trendnya, sejak kemunculannya pertama kali di bulan Februari, terdeteksi hingga saat ini grafik menunjukan tren menurun.  Bulan Februari hanya ada sekira 2 judul, yaitu puisi karya kompasianer Muhammad Yusuf Ismail berjudul Corona yang dirilis 3 bulan lalu tepatnya 8 Februari 2020, ini adalah puisi pertama dengan tema pandemi Corona atau Covid-19 menurut hasil search di atas. Page view-nya mencapai 3.801 kali dibaca.

Kemudian ada puisi berjudul Covid-19, pada Nadi Memburu Sebelum Biru karya kompasianer Rifan Nazhip yang tayang tanggal 19 Februari 2020 dengan jumlah page view, 41 kali dibaca.

Selanjutnya, bulan Maret naik menjadi 30 judul, salah satunya adalah puisi berjudul Corona, karya kompasianer Katedrarajawen dengan page view yang fantastis, 4.683 kali dibaca.

Di bulan April, dapat dikatakan merupakan puncak "penularan" PDP versi Kompasiana. Ada sekira 41 judul puisi tercipta.

Saya turut menyumbang 5 judul: (Hai Covid) Kami Baik-baik Saja!, Selalu Ada Cahaya Asa, Bait-bait Covid Satu Sembilan,  Hari Minggu Tak Biasa yang Luar Biasa,  dan Untuk Sobatku di Garda Terdepan Pandemi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun