Dalam seminggu ini, setiap hari saya menerima pesan WhatsApp berisi undangan mengikuti acara cakap-cakap online yang belakangan ngetren dengan  sebutan Webinar atau Webkusi. Seminar atau diskusi dengan memanfaatkan jaringan internet.Â
Webinar dan webkusi bukanlah istilah dan aktifitas baru, yang nanti muncul disaat pandemi Covid-19 dan menjadi pilihan aktifitas seminar berhubung adanya kebijakan social distancing dan physical distancing serta kewajiban #DiRumahAja. Â Webinar dan webkusi ternyata telah lama menjadi istilah sekaligus aktivitas warganet. Â Namun, aktivitas tersebut mewabah dimasa pandemi Covid-19.
Saya melakukan penelitian kecil untuk melihat sejauh mana perkembangan aktivitas webinar dan webkusi sepanjang tahun ini secara kuantitatif. Metodenya dengan menggunakan fasilitas penelusuran Google (google search).  Hehehe, metode sederhana dan praktis untuk mendapatkan data "wabah positif" saingannya Covid-19. Asumsinya, tingkat aktivitas webinar dan webkusi bisa ditunjukan dengan penggunaan kedua kata tersebut di dunia daring/online.
Ternyata hasilnya diluar dugaan saya. Saya hanya berhipotesis ada kenaikan di sebulan terakhir ini, tapi tidak sampai menduga bahwa kenaikannya sebesar data yang saya dapatkan.Â
Hasil pencarian kata via Google search untuk kata "webinar" adalah sebagai berikut:
- Periode  7 Januari - 7 Februari: 29.300 hasil
- Periode 8 Februari - 8 Maret: 16.200 hasil
- Periode 9 Maret - 9 April: 36.800 hasilÂ
- Peride 10 April - 10 Mei: 229.000 hasil
Di periode 10 April-10 Mei (1 bulan terakhir), kata webinar banyak digunakan, aktivitas webinar meningkat dan pemberitaannya meningkat juga. Ketika alat pencarian saya rubah dari "semua" menjadi "berita" hasilnya adalah untuk periode 10 April-10 Mei, terdapat 10.400 berita  tentang Webinar. Jika dibagi 30 hari maka akan kita dapatkan nilai rata-rata perhari. Hasilnya adalah 346,7  kita bulatkan saja 347. Artinya, sepanjang 10 April sampai hari ini 10 Mei, rata-rata dalam 1 hari di Indonesia ada 347 berita online tentang Webinar, sebuah angka yang bagi saya fantastis.
Hasil pencarian dengan keyword "webinar" ternyata berbeda jauh dengan keyword "webkusi", yang untuk Peride 10 April - 10 Mei hanya ada 162 hasil. Tapi rupanya jumlah yang kecil tersebut dikarenakan warganet termasuk jurnalis atau penulis artikel online lebih akrab dengan istilah lainnya yang sama pengertiannya dengan webkusi, yaitu diskusi online dan diskusi daring. Ketika keyword yang digunakan adalah diskusi online, maka data  untuk Peride 10 April - 10 Mei  hasilnya berbeda jauh.Â
- Hasil penelusuran dengan frasa "diskusi online" untuk Peride 10 April - 10 Mei: 194.000 hasil.
- Hasil penelusuran dengan frasa "diskusi daring" untuk Peride 10 April - 10 Mei:Â Â 37.900 hasil.
Dapat kita simpulkan penggunaan frasa "diskusi online" masih lebih disenangi warganet dibanding "diskusi daring" dan "webkusi".
Selanjutnya hasil pencarian untuk frasa "seminar daring" diperoleh hasil 53.200 khusus untuk 1 (satu) bulan terakhir. Sedangkan istilah "seminar online" lebih tinggi yaitu 199.000 hasil. Â Meskipun demikian belum bisa melampaui hasil pencarian untuk istilah webinar.
Dari data-data ini dapat kita simpulkan bahwa webinar (dengan padanannya seminar online dan seminar daring) serta webkusi (dengan padanannya diskusi online dan diskusi daring) sama-sama mewabah dimasa pandemi, dan memuncak di 1 (satu) bulan terakhir. Â
Hipotesa lanjutan saya adalah, paska pandemi webinar dan webkusi beserta padanan katanya akan menurun kemudian stabil karena dunia kita sekarang dan kedepan adalah dunia web, dunia online, dunia dalam jaringan!
Siapa "diluar jaringan" akan ketinggalan......Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H