Ketika aksara menggandeng angka,
merajut kata dan frasa,
terangkai ujar dalam kalimat Â
yang tertoreh oleh dawat beragam corak
diatas secarik kertas yang mudah tercabik
Lalu, ada gambar hasil lukisan atau potret karya jepretan
menempel rapih berpadu kata dalam harmoni
di atas secarik kertas yang gampang terbang bersama angin
Ketika carik demi carik kertas tak bernapas
berpeluk mesra dalam jilidan yang kemudian
oleh kaum yang bernapas disebut buku,
tempat dimana berjuta kata terpatri indah membawa artiÂ
Dan kemudian
kumpulan kertas tak bernapas itu akhirnya ada
dalam genggaman insan bernapas,
ditatap mesra dan kemudian berjuta kata, beribu kalimat
dilafalkan dalam hati, sambil dicerna oleh nalar
ditemani secangkir kopi
Akhirnya ada makna terselami
Ada pesan mendobrak kebuntuan
Cakrawala pikir menyebar menyentuh hati, membumbung asa
Hingga ada inspirasi  mendorong tekad untuk berkarya menyambung hidup,
anak manusia yang dahulu lesu tak berdaya
Carik-carik kertas tanpa napas
berubah menjadi napas buatan
dalam tabung jilidan buku
Duhai engkau yang bernapas dan mendamba hidup
Jangan kau hempaskan himpunan carik itu !
Karena dia adalah napas inspirasimu,
juga teman dalam sepi dan kebuntuan
yang setia temani engkau hingga hembusan napas terakhirmu
#SelamatHariBuku
  #BukuNapasInspirasiHidup
     #BukuMembawaKehidupan
Tondano-Minahasa, Hari Buku 23 April 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H