Mohon tunggu...
Meidiana Kusumadewi
Meidiana Kusumadewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi/Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Salam kenal dari aku, Mei, yang gemar membaca buku dan mendengarkan lagu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nostalgia di Tengah Keramaian, Berbagi Cerita Lewat Jajanan Tempo Dulu

2 Desember 2023   13:48 Diperbarui: 2 Desember 2023   14:04 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yusuf, seorang penjual gulali yang berbagi kisahnya (dok. pribadi)

MALIOBORO, YOGYAKARTA -- Rasa jadul tidak pernah salah dalam menghidupkan kembali nostalgia masa kecil. Rasa manis dari gula yang dilelehkan dan dibentuk sedemikian rupa ini mengingatkan akan masa kecil di mana gulali menjadi jajanan favorit anak-anak.  Bentuknya yang unik dan seringkali teranyar pada sebatang bambu maupun kayu membuat tampilannya khas. Jajanan manis ini sudah jarang ditemukan di zaman sekarang, jika pun ada pasti hanya berada di tempat-tempat tertentu dan jumlahnya pun tidak banyak. Hal ini lah yang memotivasi Yusuf untuk kembali mempopulerkan jajanan satu ini.

Keberadaan gulali jadul satu ini sudah sangat sulit ditemukan, seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami. Sekarang jajanan ini sudah tergantikan dengan kembang gula yang lebih modern buatan pabrik yang lebih efisien dan cepat kerjanya. Yusuf sendiri mengakui bahwa tidak banyak yang membeli gulalinya, pendapatannya pun biasanya hanya untuk balik modal saja. "Ya gimana ya, untung-untungan sih mbak buat jualannya. Soalnya gak semua tau gulali ini kan, apalagi anak kecil," ungkapnya.

Yusuf menceritakan lebih jauh tentang hidupnya sambil tangannya sibuk memutar-mutari gula lelehnya. Lelaki berusia 27 tahun tersebut memulai usahanya setelah memutuskan untuk pindah ke Yogyakarta, sebelumnya ia pernah beberapa kali berganti pekerjaan mulai dari menjadi seorang montir, bekerja di pabrik sebagai menjahit, lalu yang terakhir ia bekerja lepas dengan berjualan gulali hasil ajaran dari ayahnya. Ia mengutarakan bahwa dirinya lebih nyaman bekerja sendiri secara bebas seperti ini dibanding bekerja dengan orang lain.

"Saya cuma lulusan SMP sih mbak. Dulu sempet, sih, mau sekolah lebih tinggi lagi. Tapi ekonomi lagi gak mencukupi waktu itu jadi ya mau gimana lagi. Makanya saya nyoba buat kerja sana-sini," terang Yusuf. Biasanya ia mulai berjualan sejak sore sekitar jam 3 dan tempatnya tidak menetap, namun seringkali ia berjualan di daerah Malioboro karena pengunjungnya yang ramai berlalu-lalang.

Pria asal Garut itu seorang yang gemar bercerita, ia menceritakan bahwa dirinya berjualan gulali semata-mata untuk menghidupi diri sendiri dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun selain itu, ia juga ingin mempopulerkan kembali jajanan masa kecil ini. Yusuf ingin membawa rasa nostalgia itu kembali hidup melalui lelehan gula yang ia ekspresikan lewat berbagai bentuk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun