Tuhan menyimpan bongkahan batu amarah di dalam hati. Setiap sudut runcingnya melukai, balon udara bersuara tatkala dengan sengaja merengkuh tajamnya. Namun ia tak menghendaki kerasnya menghantam kepala ego yang bertahun-tahun semakin membesar, di atas tubuh tanpa kesadaran.
Adalah engkau yang memiliki kepekatan hati, pengerasan batu. Bongkahan tanah keras dari semburan api di dalam dada. Yang besar dan tingginya melandaikan mahameru.
Terkadang luruhnya menerjang jalanan sunyi hingga gaduh ribuan jiwa; mengaduh hari-hari. Tapi syukur fasih kuperdengarkan, hingga pintu langit terbuka oleh ketukan. Ikhlasku tak berhenti meski dihujani ribuan kali.
Sebenarnya batu-batuan itu butuh air, guna menetesi. Membuat lubang belai dari ketulusan supaya bisa merasai arti berdampingan dengan hijau spora, kecil dan liar.
Nayanika, 16 Februari 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H