Semesta dan Sajak cinta Pertama
Dunia ini sama sekali tidak berubah, sekalipun begitu aku tidak pernah iri
Pada waktu itu aku tidak berniat loncat, ataupun mati. Namun tiba-tiba kakiku sudah melangkah.Â
Andai saja bisa naik ke atas sana, aku khawatir tidak bisa melanjutkan perjalanan ke tempat yang lebih jauh.Â
Dimana tidak ada orang-orang yang menjualku. Juga tidak ada mata yang menempatkan hidung sejajar dengan ujung mata kaki.
Tak ada rasa benci, tentunya tempat yang sangat indah. Ingin kupergi ke sana, sekedar melihat-lihat saja.
"Mesti lari kemana lagi, Ma?"
Menurutmu, di sini mana ada pembeda atas dan bawah. Yang ada hanya segerombolan orang-orang berwajah sama. Dengan mata putih dan berdada api.Â
Bagaimana bisa menderita, dengan tangan selembut kapas, menyentuh secara langsung bisa membuat burung lupa untuk terbang. Anggun ... hangat ...
Cinta datang ke lubuk, terkadang secara sembunyi-sembunyi. Lalu berdiam selama-lamanya. Katamu setiap malam jelang lena mengerjaiku sendirian.
"Mana ada hidup dipenuhi begitu banyak kebaikkan, Ma."
Tuhan aku bersumpah
Berawal dari pertemuan, hari ini tidak akan pernah berubah selama-lamanya
Gunung tiada bertepi
Langit dan bumi dipertemukan
Guntur di musim semi
Salju di musim panas
Langit dan bumi dipersatukanÂ
Selama-lamanya
Hari dimana dunia ini kiamat
Sampai hari itu tibaÂ
Aku baru sanggup melupakannya
Surabaya, Desember 2021