Mohon tunggu...
Lilin
Lilin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perempuan

Perempuan penyuka sepi ini mulai senang membaca dan menulis semenjak pertama kali mengenal A,I,u,e,o

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan Kalideres

12 Juli 2021   21:54 Diperbarui: 12 Juli 2021   21:57 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ha ... ha ... ha ... apakah aku tidak nampak seperti seorang germo di matamu. Dosa-dosa dan kesalahan yang menggunung membawaku kepada pilihan hidup." Dihisapnya rokok di bibirnya dalam-dalam. 

Aku hanya terdiam mendengarkan lelaki yang selama ini ku kenal tak banyak bicara, tiba-tiba begitu terbuka dan hangat.

"Menjadi pelukis ekspresionisme." Senyum di bibirnya nampak begitu menyenangkan.

"Bagiku air mata, kecantikan, perasaan dan curahan hati bisa kulukiskan tanpa menjadikan diri seorang katarsis," ucapnya lirih seperti pada dirinya sendiri. "Dosa tetap dosa, dan pembangkangan dari nasib buruk tidak akan menghapusnya. Setidaknya kita masih bisa menyelam dan bernapas di dalam buruknya kehidupan ini." Lelaki itu merentangkan kedua tanganya di bangku kayu lalu bersandar.

Awan-awan putih di langit merangkak senja, aku mendongak ke langit nampak bayangan ibu dan bapakku dipenuhi keringat sekujur tubuhnya ketika mengayuh pedal becak, ketika menghidupiku meskipun hanya dengan segelas air tajin setiap pagi yang diberikan ibu. Akupun merasakan setiap tetesan air keringat beserta tajin sedang mengolok-olokku. 

"Dengar, dengarlah riak gelombang air di depanmu seakan menangisi kita." Lelaki itu menyela.

"Ya, kudengar sekali lagi, seperti suara ibu dan bapak yang merindukan menyusuiku. Serta suara-suara perempuan yang kau tukar Tem***nya dengan kematianmu, bukan?" tambahku.

Ha ... ha ... ha... 

Pada hisapan terakhir itu, aku undur diri. Kehidupan seperti judi. Siapa yang menarik kartu bertuliskan keberuntungan maka dia akan mengambil hadiah dari Tuhannya, pun begitu sebaliknya. "Ah, lelaki ini tiba-tiba hadir dalam perjalanan hidupku." Bergegas aku mengakhiri ketidakberuntungan ini. Karena kehadirannya adalah satu keberuntungan dari pecahan masa lalu, untuk bersama-sama mengarungi biduk di masa depan bernama rumah tangga, sebagai suamiku.

Surabaya, 10-12 Juli 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun