Mohon tunggu...
Meida Pangesti Putri Utama
Meida Pangesti Putri Utama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Airlangga University

Undergraduate Nanotechmology Engineering student of Airlangga University

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perselingkuhan: Kerugian Tanpa Keuntungan

22 Desember 2023   05:00 Diperbarui: 22 Desember 2023   05:02 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita sudah tidak asing lagi dengan maraknya kasus perselingkuhan, kunci dari suatu hubungan adalah kepercayaan dan kepercayaan tidak akan diberikan dalam situasi ketiadaan atau kurangnya kepercayaan. 

Salah satu penyebab terbesarnya adalah kasus perselingkuhan. Apapun faktor pendorongnya seharusnya perselingkuhan tidak pernah dibenarkan, perselingkuhan merupakan pengkhianatan kepercayaan terbesar dalam suatu hubungan. Banyak sekali dampak negatif yang terjadi setelah perselingkuhan, baik terhadap korban ataupun pelaku. 

Pada korban perselingkuhan dapat menyebabkan kekacauan emosional yang besar, menurunkan rasa percaya diri dan perasaan menyalahkan diri sendiri terus-menerus. 

Korban pria cenderung menunjukkan kemarahan yang lebih besar dan dapat disertai kekerasan, namun pada wanita cenderung menunjukkan kesedihan yang mendalam yang membawanya untuk mencari dukungan sosial terutama kerabat dekat. 

Dampak perselingkuhan juga dapat dirasakan oleh pelaku yang terancam berpisah dan sangat menyesali perbuatannya, pelaku dapat mengalami depresi, rasa bersalah yang mendalam dan merasakan cemas terus-menerus.  

Ketika perselingkuhan telah terjadi, pelaku dan korban terutama korban dihadapkan dengan dua pilihan yang berat yakni menyelesaikan atau memperbaiki hubungan. Ketika menyelesaikan menjadi pilihan maka tidak ada yang perlu dibenahi lagi dan korban dapat fokus untuk memulihkan kondisinya tanpa harus berusaha membangun kepercayaan lagi. Namun ketika memperbaiki hubungan menjadi pilihan maka baik pelaku ataupun korban akan dihadapkan pada perjalanan yang berat. 

Berkomitmen dengan baik dalam suatu hubungan yang telah dikhianati tentu sangat berat, ancaman kejadian perselingkuhan dapat terulang lagi di masa depan cenderung meningkat jika individu tersebut memiliki pengalaman perselingkuhan sebelumnya (young dkk.,1995). 

Proses awal yang dilakukan korban adalah memaafkan, meskipun korban telah memafkaan pelaku dan memutuskan untuk memperbaiki hubungan bukan berarti hubungan tersebut telah sepenuhnya pulih. 

Pelaku harus memulihakan kembali kepercayaan dalam diri mereka sendiri dan menunjukkan kesetiaan yang ditunjukkan oleh integritas perilaku pelaku terhadap korban (Pramudito & Minza, 2021). 

Proses pembangunan kepercayaan ini dapat berlangsung lambat bahkan sangat lambat dan diperlukan banyak usaha dari kedua pasangan yang seringkali tidak linier. Untuk memulai proses ini pelaku harus setuju untuk berhenti dan menghindari kontak baik sengaja atau tidak sengaja dengan orang yang terlibat. 

Misalnya dengan blokir seluruh akses kepada orang terlibat, dalam beberapa kasus untuk menghindari kontak tersebut pelaku memerlukan perubahaan keadaan yang lebih signifikan seperti mengganti pekerjaan (jika perselingkuhan ini terjadi bersama rekan kerja) (Gordon & Mitchell, 2020). 

Pada penelitian lain disebutkan terdapat lima aspek yang dapat membangung kepercayaan oleh korban, tiga aspek diantaranya dibangun secara pribadi oleh korban yakni identifikasi atau pencegahan risiko terulang kembali dengan memantau perilaku pelaku, memberikan batasan terhadap pelaku, selanjutnya yakni prekdiktabilitas yakni memprediksi perilaku pelaku yang didasarkan dengan pola dan tindakan pelaku secara konsisten, yang terakhir adalah aspek upaya membangun keyakinan terhadap keputusan yang telah diambil. Sedangkan dua aspek lainnya dibangun secara rasional dengan pasanganyakni keintiman dan timbal balik. 

Penelitian tersebut juga menjelaskan tentang beberapa aspek untuk membangun kembali kepercayaan korban yang harus didirikan oleh pelaku yakni pertama, komitmen, keterbukaan dan kejujuran. 

Aspek ini sangat penting karena korban dalam proses membangun kembali hubungan mereka dan membutuhkan lebih banyak usaha keterbukaan dan kejujuran daripada sebelumnya. Aspek ini biasanya ditunjukkan dengan seringnya menyampaikan tentang aktivitas keseharian pelaku, hubungan pelaku dengan orang lain bahkan keterbukaan dalam penggunaan ponsel. Aspek ini dapat meningkatkan prediktabilitas yang sedang dibangun oleh korban. 

Selanjutnya pelaku harus membangun aspek kemurahan hati terhadap korban, kemurahan hati ini dapat ditunjukkan dengan memberikan perhatian lebih besar, tanggung jawab yang lebih besar, dan lebih banyak melakukan pengorbanan terhadap korban (Pramudito & Minza, 2021). Semua upaya tersebut tentunya memerlukan waktu yang lama juga kesabaran yang besar

Pada intinya, perselingkuhan merupakan permasalahan dengan banyak dampak negatif bagi semua pihak yang terlibat. Dalam suatu hubungan, kepercayaan adalah kunci utama dan perselingkuhan secara langsung mengkhianati kepercayaan tersebut. 

Proses pemulihan dari perselingkuhan tidak hanya sulit tetapi juga memakan waktu lama, memerlukan usaha besar dari kedua belah pihak, termasuk kejujuran, keterbukaan, dan kemurahan hati. Oleh karena itu, lebih baik untuk menghindari perselingkuhan dan faktor-faktor yang mendorongnya demi menjaga keutuhan dan kepercayaan dalam hubungan.

Gordon, K. C., & Mitchell, E. A. (2020). Infidelity in the Time of COVID-19. Family Process, 59(3), 956-966. https://doi.org/10.1111/famp.12576
Pramudito, A. A., & Minza, W. M. (2021). The Dynamics of Rebuilding Trust and Trustworthiness in Marital Relationship Post Infidelity Disclosure. Jurnal Psikologi, 48(2), 16-30. https://doi.org/10.22146/jpsi.60974
Young, K. P., Y.Y. Tai, L., Chau, B. C., Yim, V. P., Kei, L. C., & Cheung, W. Y. (1995). Study on marriages affected by extramarital affairs. Hong Kong, Caritas Family Service; the Department of Social
Work & Social Administration University of Hong Kong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun