Mohon tunggu...
meida embrianto
meida embrianto Mohon Tunggu... Akuntan - blog pribadi

Seorang pelamun di tengah keramaian dunia.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Menebak Arah Corona

26 Maret 2020   10:15 Diperbarui: 26 Maret 2020   10:34 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Semenjak 2 minggu terakhir, saya memperhatikan situs https://www.worldometers.info/coronavirus/  untuk mengetahui jumlah kasus Covid-19 di seluruh dunia, berapa yang sembuh, dan berapa yang meninggal. Data tersebut disajikan oleh situs tersebut pernegara dan diupdate secara real time. Memelototi data di situs tersebut setiap hari tiga kali sehari seperti sebuah drama sendiri. Kita bisa melihat gambaran kerusakan yang ditimbulkan oleh virus ini, hanya berdasarkan peningkatan jumlah angka di dalam tabel.

Pada minggu kedua bulan Maret, Italia masih menjadi negara dengan dengan kasus Covid-19 terbanyak ketiga di dunia, dimana Iran masih menjadi nomor 2. Namun minggu berikutnya, Italia menjadi nomor 2, dan secara mencengangkan jumlah kasus kematiannya kemudian melewati China, dan perhari ini (26/3/2020), angka kematiannya sudah lebih dari 2 kali lipat daripada China. 

Dengan penambahan jumlah kasus perhari yang lebih dari 5000 kasus sejak seminggu terakhir, maka pada hari ini atau besok, kemungkinan besar Italia akan mengalahkan China dalam total jumlah kasus. Perlu diketahui bahwa perkemarin, total kasus COVID-19 yang dilaporkan China mencapai 81.000 kasus, sedangkan Italia mencapai 75.000 kasus.

Drama yang luar biasa lagi adalah di rangking ketiga. Setelah Italia mengalahkan Iran pada minggu ketiga, hanya berselang beberapa hari kemudian, Spanyol mengalahkan Iran. Kemudian Iran sempat ditake-over lagi oleh Jerman dan Prancis. Namun pada dua hari terakhir, secara mengejutkan US langsung merangsek ke posisi ketiga, dan pada dini hari tadi, angka pertambahan kasus COVID-19 di US mencapai 10.000 kasus perhari. 

Sungguh suatu hal yang sangat dramatis dan tidak bisa ditebak, berapa lagi jumlah kasus COVID-19 yang akan muncul kedepan dan berapa jumlah korbannya. 

Selain itu, jumlah kasus secara global juga terus meroket. Pada saat artikel ini ditulis, jumlah kasus di seluruh dunia telah mencapai 468.000 kasus dan 21.000 lebih kematian. Padahal pada kemarin sore, jumlah kematian di seluruh dunia baru mencapai angka 19.000an. Seribu kematian perhari diakibatkan oleh virus ini di seluruh dunia. Apakah hal ini bisa menjadi lebih buruk lagi?

Bagaimana dengan Indonesia? Sampai saat ini peningkatan jumlah kasus pertanggal 25 Maret 2020, telah mencapai 790 kasus. Tambahan kasus yang dilaporkan perhari itu mencapai 105 kasus, setelah di hari sebelumnya berkisar di angka 70an. Namun angka kematian di Indonesia masih cukup rendah bila dibandingkan dengan negara-negara besar Eropa dan Amerika. Kita berharap Indonesia tidak menjadi negara di rangking atas baik dalam jumlah kasus dan jumlah kematian.

Bila memperhatikan arah grafik jumlah kasus dan korban di China, Italia, US, Spanyol, Jerman, dan Iran, dapat dibuat hipotesis sementara bahwa jumlah akan mulai meroket pada sekitar 20-30 hari setelah kasus pertama di temukan. Tentunya ini memerlukan studi lebih lanjut oleh akademisi. Namun, apabila pada hari-hari krusial itu tidak terdapat upaya nyata yang dilakukan oleh suatu negara untuk meredam wabah ini, kemungkinan grafiknya untuk meningkat drastis menjadi semakin lebar. 

Jadi bagaimana kita seharusnya bertindak untuk menembak jatuh angka kasus dan angka kematian yang diakibatkan COVID-19 ini? Tentunya para pakar telah memiliki banyak analisis dan argumen yang berdasar. Namun berdasarkan pengamatan saya dari situs ini, negara yang terlihat cukup sukses mengerem laju penambahan virus ini setelah meroket kelangit jumlahnya adalah China. Dari kanal Youtube CGTN, mereka telah membuat film dokumenter mengenai Lockdown di kota Wuhan selama satu bulan, terlihat gambaran paling tidak tiga strategi utama yang diterapkan China, yang bisa ditiru oleh berbagai negara.

Strategi pertama adalah Lockdown. Satu kota diminta untuk lockdown total, dan hanya beberapa fasilitas publik dasar saja yang dibuka, sehingga sangat membatasi sekali mobilisasi manusia di kota itu. Bahkan para pekerja yang komuter dari Wuhan ke kota lain terpaksa terjebak di kota itu. Strategi kedua adalah menambah jumlah "beds" untuk pasien COVID-19. Mereka melakukannya dengan segera membangun rumah sakit darurat dengan kapasitas ribuan "beds". 

Selain itu, China juga mengkonversi beberapa fasilitas publik seperti convention center dan hotel untuk menjadi rumah sakit darurat. Strategi ketiga adalah menambah jumlah tenaga medis di wilayah Wuhan, dimana mereka awalnya menerjunkan 1000 tenaga medis di awal lockdown, dan menambah ribuan lagi pada minggu-minggu selanjutnya. 

Tenaga medis tersebut berasal dari kota lain dan mereka disumpah sebelum memasuki Wuhan bahwa mereka sekarang adalah warga Wuhan dan siap mengabdi disana. Strategi tambahan adalah mereka segera membuat produksi masker, APD, dan peralatan medis yang dibutuhkan sebanyak-banyaknya untuk mendukung strategi-strategi tadi. 

Strategi tadi sepenuhnya memang tidak bisa diterapkan di seluruh negara, tergantung situasi dari masing-masing kondisi negara. Namun bisa disimpulkan paling tidak ada beberapa strategi dasar yang saya usulkan untuk bisa mengurangi pandemi ini.

Pertama, strategi edukasi. Inti dari penerapan lockdown, social distancing, pembatasan mobilisasi sebenarnya adalah mengedukasi masyarakat agar setiap orang menyadari bahwa mereka bisa terinfeksi, walaupun asimptomatis atau pun terdapat gejala klinis. Oleh karena itu, otoritas perlu mengedukasi masyarakat bahwa seolah-olah mereka adalah ODP. 

Tentunya cara ini sangat ekstrem, karena meminta orang sehat bertindak seperti orang sakit. Oleh karena itu, perlu pendekatan yang secara halus dan tentunya edukasi terus menerus untuk menunjukkan betapa bahayanya virus ini dan betapa cepat penyebarannya. Edukasi ini dapat melalui berbagai cara dan media, dan yang penting adalah masyarakat disadarkan bahwa partisipasi mereka dibutuhkan, sekalipun itu adalah rebahan di rumah.

Kedua, strategi penilaian pribadi dan perawatan sementara. Strategi ini yaitu mengajarkan kepada masyarakat untuk diagnosis mandiri/self assesment apakah mereka mengalami gejala virus COVID ini apa tidak. Dan apabila terdapat seseorang yang bergejala mirip COVID-19, tindakan sementara apa yang harus dilakukan oleh orang tersebut atau keluarga di rumah untuk penanganan pertama, misalnya demam. Selain itu, perlu dijelaskan juga pada tahap apa seharusnya seseorang mulai dibawa ke rumah sakit. 

Hal ini bertujuan untuk mengurangi tsunami pasien di rumah sakit sehingga fasilitas kesehatan untuk menangani COVID-19 tidak mengalami kekurangan dan tidak sampai terjadi seperti di Italia yang sampai memilih pasien untuk dirawat. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat aplikasi yang membantu untuk diagnosis mandiri, dan bagaimana perawatannya, dan diminta untuk setiap rumah minimal ada satu orang yang menginstallnya.

Ketiga, strategi pos jaga riil dan maya. Pos jaga riil maksudnya adalah pemerintah perlu mengidentifikasi dalam satu radius wilayah tertentu yang lebih kecil dari faskes tingkat I terdapat paramedis atau tidak, karena dimungkinkan dalam satu radius wilayah tertentu terdapat dokter yang membuka praktik yang tidak bekerja di RS rujukan COVID-19 atau perawat/paramedis lainnya yang dapat memberikan bantuan medis pada situasi yang mulai darurat. 

Pemerintah kemudian menetapkan paramedis itu sebagai penjaga "pos jaga" dalam situasi wabah ini. Tentunya pemerintah perlu memberi support peralatan medis dan juga insentif kepada para pos jaga tersebut. Pos jaga tersebut merupakan pos selanjutnya apabila penanganan sendiri/keluarga dalam strategi pertama sudah tidak memungkinkan. Pos jaga ini juga yang membantu menentukan apakah perlu dibawa ke faskes yang lebih tinggi. 

Sedangkan pos jaga maya adalah perlu adanya dokter-dokter yang secara bergantian menjadi dokter konsultasi maya di aplikasi yang dibuat pemerintah tadi. Bisa ditetapkan seluruh dokter di negara adalah dokter jaga maya, dan dibayar berdasarkan kasus yang ditangani per jumlah aduan.

Selain tiga strategi utama tadi, perlu strategi-strategi tambahan lain tentunya seperti mengkonversi fasilitas umum menjadi rumah sakit darurat, memperbanyak produksi masker, APD, ventilator, dsb oleh perusahaan non peralatan medis namun tetap diawasi pembuatannya dan pengendalian harganya, membuat ambulans darurat, dan masih banyak strategi lain yang dapat diterapkan. Tapi tetap strategi terbaik adalah partisipasi masyarakat perlu ditingkatkan dan disadarkan tentang wabah ini. 

Namun  semua strategi tersebut harus dilaksanakan secepat mungkin sebelum grafik peningkatan jumlah pasien meroket. Oleh karena itu pemerintah perlu memprediksi dan memperkirakan dimana grafik ini akan memuncak. Di saat itulah maka seharusnya pemerintah mulai menerapkan strategi-strategi untuk menembak virus ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun