Ahok berkali-kali bilang,”jabatan adalah amanah”. Terakhir beliau bilang dengan kalimat yang sedikit lebih panjang,”jabatan adalah amanah. Lu nggak udah rebut, Tuhan yang kasih, Tuhan yang ambil”. Kenapa Ahok ngomong kayak gitu ?
Cita-cita Ahok sebenarnya sederhana: Jadi camat. Bagaimanapun, manusia berencana, Tuhan yang menentukan, kata pepatah.
Tahun 2003, Ahok ikut pemillihan anggota DPRD di Belitung Timur. Beliau menolak proposal yang diajukan warga selama kampanye jadi yang memilihnya hanya 92 orang. Bagaimanapun, beliau dapat sisa-sisa suara sekitar 1000 dan akhirnya jadi anggota DPRD.
2006, Ahok diminta ikut pemilihan bupati. Beliau ragu karena Tionghoa dan Kristen padahal mayoritas warga adalah Muslim dan pribumi. Beliau tetap maju dan walau tak punya jadwal kampanye karena nggak ada uang, Ahok tetap terpilih jadi bupati.
2007, Ahok sebenarnya dapat suara terbanyak untuk jadi gubernur Bangka Belitung tapi karena dicurangi, beliau gagal. Sudah minat mau nyogok karena ingin banget jadi etnis Tionghoa pertama yang pegang jabatan itu tapi istrinya, Veronica Tan, nggak setuju.
2008, Ahok sempat pasang baliho di beberapa tempat di Medan karena ingin maju sebagai bakal calon gubernur. Tak ada partai yang sudi mengusungnya.
2009, Ahok ikut pemilihan untuk jadi anggota DPR dan ditempatkan di nomor urut 4 dari Partai Golkar. Dari daerah pemilihannya hanya ada jatah 3 kursi untuk diperebutkan. Ahok berhasil mengumpulkan suara terbanyak dan terpilih sebagai anggota DPR karena pembagian kursi berubah dari sistem nomor urut menjadi sistem suara terbanyak.
2012, Ahok gagal nyalon jadi gubernur dari jalur independen karena jumlah KTP yang terkumpul nggak mencukupi. 4 tahun kemudian, Maret 2016, dalam 14 hari pertama setelah Ahok mengumumkan keputusannya untuk maju nyagub secara independen, tercatat ada 457 ribu KTP terkumpul untuk mendukung dirinya. Berarti ada minimal 12 lembar KTP yang terkumpul setiap menit selama 24 jam sehari dalam14 hari non-stop.
Dari cerita di atas, tergambar alasan kenapa Ahok bisa berkata ,”Jabatan adalah amanah. Lu nggak usah rebut, Tuhan yang kasih, Tuhan yang ambil”.
Ahok bisa mengucapkan kalimat itu dengan enteng karena sudah berkali-kali dipaksa oleh keadaan agar mempelajari satu hal: Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.
Ini bisa jadi adalah salah satu pelajaran hidup yang paling mudah untuk dimengerti:
Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya
Jabatan adalah amanah.
Tuhan yang kasih, Tuhan yang ambil.
Bagaimanapun, di tengah pertarungan antara Ahok melawan jajaran penipu serta para penderita grandeur illusion dalam memperebutkan kursi DKI-1, yang mampu mengerti pelajaran hidup paling gampang di atas hanyalah Ahok seorang.
Mungkin lawan-lawannya gagal paham karena the highest value many times is found in the easiest lesson sedangkan mereka keras kepala, buta hati, enggan melihat, bodoh serta tak mau belajar.
Mungkin, lho.
27 Maret 2015, 7.15 WIB
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H