Pak, kita sama-sama minoritas namun mari kita keluar dari golongan silent majority. Kita hidup bukan hanya untuk hari ini, kita punya tanggung jawab mempersiapkan hidup generasi selanjutnya. Ibu saya taruhan nyawa agar anak cucunya lepas dari cengkraman Orde Baru. Saya kini bebas mengkritik pemimpin tanpa takut diculik. Kebebasan saya dibangun di atas butiran keringat yang mengalir saat Ibu kelelahan serta di atas darah pejuang lainnya. Kita mah enak Pak. Tak perlu taruhan apa-apa untuk membuat generasi sesudah kita terbiasa mendukung pemimpin tanpa ada pertimbangan berbau SARA. Cukup dukung Pak Ahok. Kalau dompet kita dicuri dan teman kita memaki perampoknya, siapa yang akan kita dukung ? Kalau jawabannya ‘Saya dukung si perampok, karena teman saya neriakin perampoknya dengan kata-kata yang sangat menyinggung perasaan, kasar banget”….Yah, silahkan dukung DPRD deh.
Pak Jaya, marilah kita tersinggung saat melihat ketidakadilan, mari kita marah ketika melihat rakyat ditindas, ayo kita kecam mereka yang menjarah. Berharap Pak Ahok bisa mengurangi ngamuknya saat berhadapan dengan koruptor ? Berharap Pak Ahok bisa rela berkata manis kepada mereka yang piawai menjarah dengan santun ? Haduhhh...Percuma. Ahok gitu loh, kayak ngga tau die aje:-).
1 April 2015
Meicky Shoreamanis Panggabean
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H