Enam korban pelecehan seksual ternyata ‘ditemukan’ selain si anak yang sejak kemarin rame dibahas. Pelakunya sama:Petugas cleaning service.Para orang tua sudah bersedia untuk bersaksi.
Pelecehan seksual di sekolah bisa dilakukan siapapun:Sesama murid, guru, kepala sekolah. Tulisan ini fokus pada pelecehan seksual yang dilakukan oleh cleaning service, supir, dan profesi lain yang segolongan dengan itu.
Saya sangat sulit membayangkan di sekolah tempat saya mengajar ada supir, cleaning service, melakukan pelecehan seksual. Di sekolah ada CCTV dan pengawasan guru terhadap murid termasuk ketat. Namun, saya susah membayangkan petugas cleaning service melakukan pelecehan seksual bukan karena kedua hal tersebut (adanya CCTV dan pengawasan ketat) tapi lebih karena cara cleaning service, supir, dan gardener diperlakukan oleh murid, guru, dan staff (di sekolah, yang disebut staff adalah pegawai non-guru).
Di sekolah, saat berpapasan dengan cleaning service (biar singkat saya sebut aja supir, cleaning service, satpam, dll, dengan istilah ‘cleaning service’), saya pasti menegur mereka. Ini ngga hanya saya yang lakukan ya tapi guru dan staff lain juga. “Selamat siang Pak, selamat pagi Bu”, begitu kami bilang ke mereka sambil senyum. Kalo saya ngga menegur, itu berarti mereka menegur lebih dahulu, saya tinggal membalas . Permintaan bantuan selalu diawali dengan kata ‘tolong’ dan ‘disudahi dengan ucapan ‘terima kasih’. Murid-murid pun benar-benar diajarkan untuk sopan kepada mereka. “Many are schooled, few are educated”, begitu saya bilang ke murid-murid. “Kalo kamu ngga sopan sama mereka, berarti kamu cuma schooled, ngga educated. Kamu cuma sekolah doang tapi pendidikanmu nol”.
Tahun lalu, beberapa guru ekspat bergantian mengajarkan bahasa Inggris ke petugas cleaning service. Pernah juga ada seorang guru yang kasih flashcards bahasa inggris dan cara bacanya (misal:Thank you-teng kyu, good morning-gut moning) kepada mereka.
Kalau di sekolah ada acara-acara dan ada makanan berlebih, maka makanan ngga dimasukkin kantong plastik hitam lalu dibawa pulang oleh guru dan staff, ente kira pesta Batak, hahahaha. Kalo ada acara, makanan berlebih pasti diberikan kepada petugas cleaning service.
Saat krisis moneter 1998, yayasan memberikan voucher belanja sebesar Rp.250 ribu untuk petugas cleaning service karena waktu itu harga membumbung.
Tiap tahun, selalu ada acara buka puasa bareng. Yang Muslim dan non-Muslim ngumpul bareng. Petugas cleaning service, guru, kepala sekolah, HRD, bos finance, makan sama-sama, tiap tahun, sekitar 1-2 minggu sebelum bulan puasa selesai. Mereka juga dapat parcel yang isinya sembako, sirup, teh,biskuit,dll. Duit buat beli parsel adalah sumbangan dari guru dan staff.
Kalau cleaning service ada yang kesusahan, pasti ada email dari bos atau HRD. Kumpulin sumbangan, gitu. Entah cleaning service masuk rumah sakit, rumah roboh, anaknya meninggal. Lalu orang- orang pada ngumpulin duit. 2 tahun yang lalu malahan murid-murid jual sembako murah dan baju layak pakai yang seluruh hasilnya diberikan kepada satpam yang terkena kanker. Waktu anak seorang satpam meninggal, minggu lalu, bos juga datang melayat. Pernah juga ada anak petugas kebersihan perlu diterapi karena kakinya mengalami kelainan, lalu biayanya ditanggung oleh seorang guru. Dibantunya sampe anaknya bisa jalan, loh. Lalu tahun lalu ada petugas cleaning service yang anaknya sakit, lalu anggota sekolah yang lain membelikan makan siang dan makan malam untuk keluarga yang menunggu di rumah sakit.
Kalo guru ekspat keluar, mereka kasih sebagian barangnya ke petugas cleaning service. Ada yang kasih baby stroller untuk seorang petugas cleaning service yang istrinya lagi hamil,ngasih baju, dll. Ada juga guru yang kasih buku pendidikan ke seorang petugas cleaning service karena istrinya ternyata guru dan lagi kuliah lagi. Ada juga staff dan guru yang suka kasih makanan ke satpam.
Yang paling seru tentu saja waktu ‘Service Day’. Anak-anak bawa makanan, tiap anak membawa makanan untuk 3-4 orang lainnya. Potluck gitu, lho.Makanan ini lalu ditaruh di meja panjang. Petugas cleaning service duduk dan mereka makan, ambil sendiri-sendiri. Tapi, selama makan, mereka dilayani oleh para murid. Jadi, murid yang mengambilkan mereka tambahan makanan atau minuman. Saat acara selesai, yang membersihkan ruangan dan membuang sampah juga bukan petugas kebersihan melainkan murid-murid dan para guru.
Pernah juga mereka dikumpulkan di sebuah ruangan, nama acaranya ‘Staff Loving and Caring Day’, lalu murid-murid menyanyi untuk mereka, ada kuis, games dan door prizes segala macam.
Oh iya, hampir lupa ceritain, waktu saya nikah, ada dua petugas cleaning service yang kasih saya ikan mujair goreng 2 ekor atau 4 ekor gitu (saya lupa jumahnya). Ikan-ikan tersebut ditaruh di bekas kotak es krim. Mereka ngasih sambil bilang,”Maap ya Ms....Mau kasih duit tapi takut duitnya terlalu dikit jadi digorengin ikan aja ga papa ya...”.
Saat hari terakhir sekolah sebelum libur panjang karena Natal dan hari terakhir sekolah sebelum libur panjang kenaikan kelas, semua anggota sekolah juga mengadakan acara bareng. Ada games lalu makan-makan. Semua campur di satu ruangan dan ambil makanan yang sama, dari meja yang sama. Ngga lantas makanan bos ada di meja A dan makanan untuk petugas cleaning service ada di meja B.
Saya tidak katakan bahwa anak-anak di sekolah tersebut mengalami pelecehan seksual karena pihak sekolah memperlakukan ‘pegawai kecil’ dengan tidak manusiawi. Saya tidak tahu detil cara anggota sekolah tersebut berinteraksi, jelas sekali saya tak akan mengomentari hal yang saya tidak pahami.
Saya yakin sejak peristiwa pelecehan ini terjadi, pasti sekolah-sekolah mulai memperketat pengawasan. Lewat tulisan ini saya hanya mau sampaikan, OKlah rekrutmen outsourcing diperbaiki, OK lah pengawasan guru diperketat , OKlah CCTV ditambah. Ini semua sangat penting dan jelas sekali akan berfungsi sebagai alat kontrol eksternal yang akan ‘menghalangi’ para pelaku membuat jumlah korban bertambah.
Namun, alat kontrol internal dari diri pelaku juga amat penting untuk digarap. Saya percaya pada dasarnya manusia cenderung akan baik kepada sesama yang bersikap welas asih kepada mereka. Sangat mungkin kita jahat kepada mereka yang baik kepada kita namun paling tidak, kemungkinan kita untuk menjahati mereka yang menjahati kita lebih besar daripada kecenderungan kita untuk jahat kepada mereka yang peduli pada kita. Jika ‘pegawai kecil’ ini diperlakukan seperti halnya staf keuangan memperlakukan teman seruangan, jika mereka diperlakukan seperti guru memperlakukan staf HRD, seperti staf HRD memperlakukan kepala sekolah, seperti guru memperlakukan orang tua murid, seperti murid memperlakukan guru, seperti kepala sekolah memperlakukan pemilik sekolah.....Jika semua anggota sekolah memperlakukan anggota sekolah lainnya dengan rasa hormat dan belas kasih yang sama....Niscaya kejadian pelecehan seksual bisa ditekan hingga ke titik terendah dan bahkan dicegah sehingga tak terjadi satu kali pun.
Sekolah saya telah melakukannya. Bagaimana dengan sekolah anak atau saudara Anda ? Kalau belum, kenapa tidak memberikan saran kepada pihak sekolah ?
Percayalah, jika kita menunjukkan kepada sesama bahwa kita menghormati mereka, akan teramat sulit bagi mereka untuk tidak menghormati kita,untuk tidak menghormati anak kita.
‘Pegawai kecil’ itu juga sesama kita ‘kan ??
Tulisan dari blog:
http://www.gurudanpenulis.com/23salah-satu-cara-mujarab-untuk-menghindari-pelecehan-seksual-di-sekolahmemanusiakan-lsquopegawai-kecilrsquo.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H