Saya seorang Nasrani. Semua kakak saya Muslim, ipar dan keponakan juga. Dua puluhan tahun yang lalu, saat mendengar kabar bahwa yang nomor tiga akan masuk Islam, saya kirimi dia beberapa buku apologetika Kristen. Ia mengucapkan terima kasih namun ia tetap masuk Islam. Hingga hari ini, dia masih tetap Muslim. Apakah hubungan kami rusak ? Tidak. Sekitar 25 tahun yang lampau, salah satu kakak saya pernah mengajak saya ke Mekkah. Semua biaya akan dia tanggung. Saya menolak. Apakah lantas kami bermusuhan ? Tidak.
Jonru,
Tahun lalu sebelum Lebaran saya mengirimkan mereka berdua mukena. Jika Lebaran, saya mengunjungi kakak tertua bersama kakak-kakak yang lain. Saat Natal, mereka yang datang ke rumah saya. Salah satu sahabat saya Muslim, kami bisa ngobrol dari pagi sampe pagi. Saya juga pernah memberikan hadiah ulang tahun ke salah satu teman Muslim berupa hiasan bertuliskan huruf Arab yang artinya Tuhan Maha Besar. Tiap kali ganti pembantu, saya juga tanya apakah ia punya sajadah dan mukena ?
Saya tak segan melakukan itu semua karena saya merasa amat nyaman dalam iman yang saya pegang. Saya tahu Yesus siapa. Saya percaya Ia mendengar doa saya: Yesus tahu bahwa saya sangat tak keberatan pindah ke agama mana pun asalkan agama tersebut mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan. Di Islam Yesus bukan Tuhan, ‘kan ? Ya sudah, kesimpulannnya sampai mati saya ngga akan masuk Islam. Titik. Saya percaya diri sekali dalam mengimani apa dan siapa yang saya percaya. Perkara orang lain masuk Islam,mereka punya hak untuk melakukan itu. Memilih kepercayaan sesuai dengan hati adalah hak asasi. Amat kekanak-kanakan jika perbedaan iman membuat orang jadi bermusuhan.
Dalam hal iman, kita tak bisa melakukan toleransi. Banyak orang bilang,”Yah…Kristen OK, Islam juga ngga apa-apa, Hindu juga sama kok, Budha juga, sama-sama mengajarkan kebaikan…”. Buat saya, itu bukan cerminan toleransi, itu cerminan malas mikir. Semua agama sama namun hanya di permukaan. Jika ditelusuri higga ke dasar, secara fundamental agama-agama banyak sekali memiliki perbedaan, beberapa di antaranya malahan bertolak-belakang. Lupakan toleransi dalam hal iman, ini adalah sebuah kemustahilan. Namun dalam hal beribadah dan menjalankan kepercayaan sesuai iman yang kita yakini, tentu kita harus saling menghormati.
Jonru,
Anda sangat kesulitan menghormati orang yang berbeda dengan Anda, entah itu beda pendirian politik maupun beda iman. Anda sangat tak nyaman dengan hidup Anda. Anda amat gelisah dalam iman Anda. Kenapa Anda tak yakin bahwa Tuhan akan menjaga Anda ? Kenapa rasa percaya Anda terhadap Dia begitu dangkal ? Anda sebenarnya tahu ngga sih yang Anda sembah siapa ? Apa ?Anda bilang ‘tahu’ ? Masa’ sih ? Kakak-kakak saya juga tahu, kok kalian beda banget ya ? Kakak-kakak saya kok ngga pernah ya menunjukkan tanda-tanda gelisah dan marah yang sangat parah seperti yang Anda konsisten tunjukkan ? Anda mau belajar dari kakak-kakak saya ? Saya kenalin, deh.
Jonru,
jika Tuhan sedemikian maha besarnya, masak Ia akan membiarkan Muslim-Muslim itu jadi kafir hanya karena pakai topi santa ? Jika Tuhan sedemikian hebatnya dan Jokowi sedemikian jahatnya, masak sih Ia akan diam aja, bukankah Ia pencipta langit dan bumi, Sosok yang menggantung bintang dan menjadikan matahari hanya dengan kata-kata belaka ? Tidakkah Anda pernah berpikir bahwa jika Anda demikian salehnya dan Jokowi adalah bandit berkedok presiden, Anda punya kemampuan untuk mengubah kondisi ? Karena Tuhan demikian hebatnya dan ngga ada istilah mustahil untuk Tuhan yang sedemikian saktinya? Ahok yang kafir percaya lho beliau bisa melakukan perubahan.Masa’ Anda ngga ? Anda ngga malu, si kafir yang menyebut dirinya ‘punya muka minyak babi’ sibuk mecatin koruptor dan Anda hanya twitteran dengan penuh rasa marah ? Anda ngga resah, Jokowi yang dari pagi sampe pagi Anda fitnah padahal dari pagi sampe pagi beliau mikirin negara dan ngga peduli sedikit pun tentang komentar Anda ? Anda ngga malu saat pemimpin banyak negara memberi tepuk tangan untuk Jokowi sambil berdiri, Anda menyambung hidup dari berjualan tiket seminar dan buku yang dalam seminggu belum tentu ada satu yang laku ?
Jonru,
Anda ngga capek ya, terus-menerus bicara tentang orang yang tak pernah sedetik pun memikirkan Anda ? Tidakkah Anda pernah berpikir bahwa sebagai manusia Anda punya tanggung jawab untuk menyalurkan energi positif terhadap sesama? Kenapa Anda demikian marah terhadap hidup ? Anda tahu persis bahwa Anda frustasi. Kenapa lantas Anda menyalurkan rasa frustasi dengan cara dengki seperti itu ? Tidakkah Anda percaya bahwa Tuhan punya sejuta cara untuk membuat kita lepas dari rasa marah dengan cara yang beradab ?
***
“Tukang fitnah biasanya hidupnya begitu-begitu saja. Orang yang difitnah biasanya hidupnya akan semakin sukses.”Itu kalimat Anda, Jonru. Anda sarjana, Anda penulis. Sekarang pekerjaan utama Anda apa ? Pengguna Twitter yang amat aktif dengan puluhan ribu followers ? Buktinya toh seminar yang Anda buat hanya dihadiri 10 orang, itu pun termasuk panitia. Anda tahu bahwa orang yang terkenal intelek (Anda lebih memilih menyebut mereka ‘liberal’, saya rasa) banyak yang menentang Anda. Sebagian sudah tak sabar dan mulai rajin mencaci-maki. Sedangkan mereka yang mendukung Anda banyak yang berasal dari golongan- jarang- membaca. Mereka merasa tak perlu dan tak nyaman untuk menggali ilmu dari sumber-sumber yang tak mendukung pendapat mereka. Mereka resah jika keyakinan mereka diletakkan berhadap-hadapan dengan argumen-argumen logis yang membuat mereka mati kutu. Sementara untuk kaum intelektual atau pembaca sejati, melihat sesuatu dari berbagai sisi termasuk sisi yang berseberangan adalah sebuah kewajiban.
Jonru,
hati manusia seperti donat, di tengahnya ada lubang kosong. Semua pemutarbalikkan fakta dan debat tanpa referensi bermutu yang Anda lakukan, tidakkah itu membuat lubang di hati Anda semakin menganga ?
Saya bersyukur punya kakak-kakak dan teman-teman Muslim yang baik hati. Jika tidak, sepak-terjang Anda pasti sudah membuat saya punya pandangan yang amat buruk tentang Islam. Jika Anda memang berpandangan bahwa orang kafir akan masuk neraka, tidakkah Anda berbelas kasihan kepada saya dan orang-orang kafir lainnya ? Tidakkah Anda pernah berpikir untuk menggunakan tenaga dan waktu untuk berdoa agar kami dapat hidayah dan bukannya mencaci ? Entah mencaci sinterklas, Ahok, Jokowi… Anda sangat kreatif mencari obyek untuk dimaki. Kalau Anda percaya bahwa Islam adalah jalan kebenaran, doakan saja supaya Ahok dapat hidayah dan Jokowi jadi Muslim yang taat. Mengusut apakah beliau keturunan Tionghoa atau bukan, tak akan mengubah dirinya menjadi presiden seperti yang Anda kehendaki.
Jonru, jadilah pengguna Twitter yang ramah. Hidup itu indah. Hentikan kepicikan Anda untuk melulu melihat hidup dari kaca mata yang buram. Berbuatlah sesuatu yang nyata. Sapalah orang-orang kafir dengan ramah. Anda tak suka pegawai mal pakai topi santa ? Pemilik toko mayoritas kafir ? Kurangi frekwensi Anda bertwitter. Terus-menerus marah membuat tenaga Anda tergerus, lebih baik gunakan tenaga untuk berkoordinasi dengan segenap pengusaha Muslim. Adakan pelatihan kewirausahaan sehingga kelak jumlah pemilik toko lebih banyak yang ‘pribumi’ dan Muslim daripada Tionghoa dan non Muslim. Masa’ Anda ngga bisa melakukan itu? Followers Anda puluhan ribu dan Indonesia adalah negara dengan penduduk Muslim terbesar di di dunia.
Tunjukkan bahwa Islam memiliki wajah yang ramah. Tunjukkan bahwa Muslim adalah orang-orang kreatif yang berpikiran positif, rajin dan baik hati. Tunjukkan bahwa Anda bukan tukang fitnah dan wawasan Anda amat luas.
Gimana…Bisa ngga ?
Sepak terjang Anda di waktu-waktu berikut akan menjadi jawaban yang terang-benderang atas pertanyaan di atas.
14 Desember 2014,
23.40 WIB
JAWABAN UNTUK TULISAN DI ATAS BISA DILIHAT DI:
http://m.kompasiana.com/post/read/697943/2/aqidah-seorang-muslim.html
http://m.kompasiana.com/post/read/693030/3/jawaban-untuk-jonru-dari-seorang-nasrani.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H