Mohon tunggu...
Mehmet Supriadi
Mehmet Supriadi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hidupku selalu berwarna, apapun warnanya selalu aku anggap indah

Selanjutnya

Tutup

Politik

Presiden Harus Berani Menjadi Buta dan Tuli

26 Maret 2015   10:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:59 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Seorang pemimpin harus mempunyai tujuan yang harus di capainya, kekerasan usaha dan kekerasan kemauan harus dijaga keutuhannya jangan sampai terpecah karena adanya rintangan yang menghadang, apalagi tujuan itu bernilai mulia. Tujuan itu harus jauh, melebihi batas usia dan batas jaman. Seorang Presiden maupun Raja yang menjadi kepala Negara dan Kepala Pemerintahan suatu Negara yang memiliki tujuan untuk membangun sebuah bangsa dan negara yang berdaulat, maju, kuat, makmur dan sejahtera untuk rakyatnya juga sebuah tujuan yang mulia. Siapapun presiden harus mempunyai ambisi untuk mencapai tujuan tersebut.

Bagaimanapun rintangan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan dan diangankan itu harus wujudkan, walaupun harus memasang badan, seperti terbunuh maupun terpenjara tetap harus maju untuk mecapai tujuan tersebut. Seorang Pemimpin harus menjadi Buta dan Tuli dalam membangun sebuah bangsa jangan perdulikan omongan ataupun pandangan orang lain. Kita juga pernah memiliki Presiden seperti itu, yaitu Presiden RI yang pertama Ir. Soekarno

Presiden Soekarno juga banyak memberikan gagasan-gagasan di dunia Internasional. Keprihatinannya terhadap nasib bangsa Asia-Afrika, masih belum merdeka, belum mempunyai hak untuk menentukan nasibnya sendiri, menyebabkan presiden Soekarno, pada tahun 1955, mengambil inisiatif untuk mengadakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung yang menghasilkan Dasa Sila. Bandung dikenal sebagai Ibu Kota Asia-Afrika. Ketimpangan dan konflik akibat “bom waktu” yang ditinggalkan negara-negara barat yang dicap masih mementingkan imperialisme dan kolonialisme, ketimpangan dan kekhawatiran akan munculnya perang nuklir yang merubah peradaban, ketidakadilan badan-badan dunia internasional dalam pemecahan konflik juga menjadi perhatiannya. Bersama Presiden Josip Broz Tito (Yugoslavia), Gamal Abdel Nasser (Mesir), Mohammad Ali Jinnah (Pakistan), U Nu, (Birma) dan Jawaharlal Nehru (India) ia mengadakan Konferensi Asia Afrika yang membuahkan Gerakan Non Blok. Berkat jasanya itu, banyak negara-negara Asia Afrika yang memperoleh kemerdekaannya. Namun sayangnya, masih banyak pula yang mengalami konflik berkepanjangan sampai saat ini karena ketidakadilan dalam pemecahan masalah, yang masih dikuasai negara-negara kuat atau adikuasa. Berkat jasa ini pula, banyak penduduk dari kawasan Asia Afrika yang tidak lupa akan Soekarno bila ingat atau mengenal akan Indonesia. (Sumber https://irsoekarno.wordpress.com/)

Semasa menjabat sebagai presiden, ada beberapa karya arsitektur yang dipengaruhi atau dicetuskan oleh Soekarno. Juga perjalanan secara maraton dari bulan Mei sampai Juli pada tahun 1956 ke negara-negara Amerika Serikat, Kanada, Italia, Jerman Barat, dan Swiss. Membuat cakrawala alam pikir Soekarno semakin kaya dalam menata Indonesia secara holistik dan menampilkannya sebagai negara yang baru merdeka. Soekarno membidik Jakarta sebagai wajah (muka) Indonesia terkait beberapa kegiatan berskala internasional yang diadakan di kota itu, namun juga merencanakan sebuah kota sejak awal yang diharapkan sebagai pusat pemerintahan di masa datang. Beberapa karya dipengaruhi oleh Soekarno atau atas perintah dan koordinasinya dengan beberapa arsitek seperti Frederich Silaban dan R.M. Soedarsono, dibantu beberapa arsitek junior untuk visualisasi. Beberapa desain arsitektural juga dibuat melalui sayembara. (Sumber http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno)

Bangunan tersebut masih menjadi bangunan yang Fenomenal karena bangunan tersebut merupakan bangunan yang dapat mengangkat derajat bangsa juga Identitas bangsa juga Ikon Negara Indonesia dan merupakan bangunan yang wah juga menjadi yang TER pada masa itu dan sampai masa sekarang. Bangunan-bangunan tersebut diantaranya adalah :

Masjid Istiqlal adalah masjid nasional negara Republik Indonesia yang terletak di pusat ibukota Jakarta. Masjid Istiqlal merupakan masjid TERbesar di Asia Tenggara

Monumen Nasionalkemerdekaan RI atau yang populer disingkat dengan Monas atau Tugu Monas adalah monumen peringatan setinggi 132 meter (433 kaki) yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Hindia Belanda, dan masih Monomen Nasional Kemerdekaan menjadi TERmegah di Indonesia bahkan Asia Tenggara.

Stadiun Gelora Bung Karno Dengan kapasitas awal sekitar 100.000 orang, stadion yang mulai dibangun pada pertengahan tahun 1958 dan penyelesaian fase pertamanya pada kuartal ketiga 1962 ini merupakan salah satu yang TERbesar di dunia. Menjelang Piala Asia 2007, dilakukan renovasi pada stadion yang mengurangi kapasitas stadion menjadi 88.083 penonton. Sampai sekarang masih TERbesar di Asia Tenggara

Setelah itu tidak ada lagi Bangunan yang menjadi fenomenal di bangun oleh Presiden RI sampai Presiden Terakhir. Kenapa saya bilang Fenomenal ? karena bangunan bangun tersebut merupakan bangunan TER yang terjadi pada masa itu dan sampai masa sekarang.

Uraian diatas merupakan contoh dari hasil dari Kemauan sang Presiden yang pencapainya dengan melewati masa-masa sulit dan penuh perjuangan karena saat itu Ekonomi Indonesia yang lemah dan Indonesia baru merdeka, pastinya banyak prioritas pembangunan seperti menaikan taraf kemakmuran rakyat, dan pembangunan lainnya yang dibutuhkan rakyat, tetapi beliau tetap membangun gedung gedung tersebut karena beliau yakin gedung yang dibangun tersebut akan menambah kemajuan Indonesia, baik Prestise maupun riil ekonomi.

Dapat dibayangkan kalau saat ini membangun sesuatu hal yang luar biasa seperti bangunan Fenomenal di atas, pastinya banyak yang pro kontra, apalagi di saat ini Indonesia banyak memiliki orang-orang yang mengaku pintar, banyak komentator, banyak pengamat, dan juga banyak lawan politik yang pastinya akan menjatuhkan Presiden. Media yang terus menyorot kelemahan Presiden, Pegiat HAM yang membenarkan pandangannya, serta rakyat yang mudah dihasut walaupun hanya dengan diiming-imingi uang seharga nasi bungkus. Pastinya akan sulit mewujudkan kebijakan maupun pembangunan yang fenomenal.

Untuk menjadi Presiden yang kuat harus mau mem-buta-kan dan me-nuli–kan diri, jangan peduli omongan pengamat, komentator, pegiat HAM, lawan politik dan rakyat yang kontra terhadap presiden. Kalau Presiden sudah berniat untuk menjadikan negara yang maju, kuat, makmur dan berwibawa dan niat itu didasari oleh hati yang bersih dan tidak melenceng dari ajaran agama, maka mau tidak mau harus terus membangun bangsa dan negara, jangan pedulikan hal-hal yang menghalanginya walaupun akhirnya akan terpenjara maupun terbunuh karena demi bangsa dan negara diripun harus digadaikan.

Mungkinkah Jokowi akan begitu, ataupun Presiden Presiden berikutnya melakukan hal yang sama seperti halnya Presiden Pertama RI Ir. Soekarno.

Semoga....dan Penuh harap.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun