Mohon tunggu...
Megi Setiawan
Megi Setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Nerimo ing Pandum

Bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hasil Penilaian PISA Turun, Apa yang Harus Kita Lakukan?

15 Desember 2019   22:37 Diperbarui: 15 Desember 2019   22:48 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

 

Mengulas pidato Nadiem Makarim (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan) beberapa hari lalu menjadi viral pada saat peringatan hari guru nasional. Kini "Mas Nadiem" mendikbud yang minta disapa demian, memberi tanggapan masalah turunnya penilaian yang dilakukan oleh PISA. Sekedar informasi bahwa PISA atau Programme for International Student Assessment merupakan badan survey internsional yang menilai kinerja siswa. 

"Tidak perlu dikemas agar menjadi berita yang positif. Tidak perlu. Kita harus punya paradigma baru di mana semua pemimpin mulai dari kementerian sampai kepala sekolah, kalau ada sesuatu yang buruk, kita harus jujur dan langsung meng-addres dan bergerak," tegas Mas Nadiem.

Berdasarkan tanggapan tersebut memang benar untuk tidak mempermasalahkan mengenai survey yang diadakan oleh PISA. Seperti yang sering kita ketahui bahwa Lembaga survey biasanya hanya memilih beberapa sekolah saja. Sekolah yang akan disurvey biasanya dari sekolah-sekolah terakreditasi A atau sekolah yang menyiapkan murid terbaik mereka. 

Dalam hal ini bahwa survey sebenarnya tidak sesuai dengan apa yang seharusnya dipalsukan, melainkan lebih ke manipulasi agar meniningkatkan citra suatu sekolah. Kita bisa mengambil contoh apabila ada program peningkatan mutu, setiap sekolah pasti sudah mempersiapkan lebih matang. Kemudian jika program itu sudah berjalan, maka akan kembali seperti semula.

Evaluasi sistem Pendidikan berdasarkan PISA dapat diterapkan melalui tiga bidang utama yaitu matematika, sains dan literasi. Pertama, rendahnya literasi banyak terjadi karena faktor yang mempengaruhinya, diantaranya budaya membaca di Indonesia yang mengalami penurunan dikalangan menengah ke bawah yang notabenya berpendidikan rendah. Dalam pendidikan kalangan menengah bawah hanya diajarkan membaca dan menulis namun tidak dibiasakan membaca buku. 

Faktanya memang berat dibiasakan untuk membaca buku, namun kita sebagai orang dewasa dapat memberikan contoh kepada anak kecil agar bisa membiasakan dan menyadarkan anak-anak bahwa membaca buku itu penting dalam menambah pengetahuan. Semakin banyak yang kita ketahui, maka semakin mudah hidup yang akan kita jalani.

Matematika menurut sebagian orang adalah pelajaran yang rumit. Sebagian lagi mungkin ada yang suka dengan mata pelajaran matematika. Suka tidak suka memang bergantung setiap individunya. Anak yang lebih menyukai seni biasanya tidak suka dengan matematika, sedangkan anak yang pandai matematika biasanya tidak pandai dalam seni. 

Hal ini berhubungan dengan bagaimana anak dominan dalam hal otaknya apakah ke kiri yang suka menganalisis atau kanan yang suka menggambar dan seni lainya. Tidak masalah apabila nilai matematikanya rendah, karena mereka memiliki bakat dan minat yang berbeda-beda.

Sains atau yang sering kita sebut dengan ilmu pengetahuan alam merupakan mata pelajaran yang sering ditemui saat sekolah dasar maupun menengah. 

Pelajaran ini biasanya mempelajari tentang makhluk hidup. Dalam mempelajari makhluk hidup, belajarnya melakukan praktik di lab, seperti menggunakan mikroskop untuk mengamati struktur daun ataupun benda-benda lainnya. Dalam hal ini sarana dan prasana berperan penting dalam menunjang pembelajaran. Namun tidak semua sekolah memiliki fasilitas yang lengkap.

Rendahnya penilaian yang dilakukan PISA memang menjadi tamparan bagi bangsa indonesia. Namun itu bisa dijadikan sebagai motivasi untuk lebih berkembang lagi ke depannya. Bagaimana pun harus tetap fokus meningkatkan Pendidikan terutama kinerja siswanya. Baik karena rendahnya survey yang dilakukan PISA ataupun tidak. 

Seperti yang tertera dalam pembukaan undang-undang 1945 bahwa dalam mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tugas kita semua sebagai bangsa Indonesia baik sebagai pelajar, mahasiswa, dosen, guru, orang tua, tukang becak sampai dengan presiden, semua masyarakat berhak berperan mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia yang kita cintai ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun