Tidak terasa waktu berlalu, bulan Juni telah berakhir kita mulai memasuki bulan Juli. Keadaan masih sama, sibuk dengan tugas CGP. Saya harus mampu menyelesaikannya dengan penuh semangat dan tanggung jawab, diantaranya adalah menghubungkan materi yang telah dipelajari dengan materi sebelumnya secara berkesinambungan. Hal ini selalu berkaitan karena pembelajaran yang ada di modul pelatihan CGP ini sejatinya terintegrasi untuk membentuk insan pendidik yang mampu membawa ke arah positif bagi pembelajaran dan pendidikan yang yang handal di masa depan. Utamanya kecerdasan intelektual saja tidaklah cukup bagi seseorang untuk meraih sukses, karena disaat kita tidak memiliki sosial-emosional yang baik maka tidak akan mampu berinteraksi dengan orang lain. Nah, jadi pembelajaran sosial emosional perlu diterapkan oleh guru  yang tujuannya untuk memberikan pemahaman, penghayatan, dan kemampuan  untuk mengelola emosi, menetapkan dan mencapai tujuan positif, merasakan, dan menunjukkan empati, membangun dan membuat keputusan yang bertanggung jawab. Oke, kita lanjut bahasan ke koneksinya nih lagi ya.
Saya awali dengan dua pertanyaan panduan yang ada di LMS yaitu :
Apa kesimpulan tentang  perubahan pengetahuan, keterampilan, sikap sebagai pemimpin  pembelajaran setelah mempelajari  pembelajaran sosial dan emosional? Sebagai guru tentu sangat perlu untuk mempelajari tentang pembelajaran sosial dan emosional dengan kerangka CASEL (Collaborate for Academic, Sosial and Emotional Learning) agar dapat memahami, menghayati dan mengelola emosi(kesadaran diri) menerapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri), merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain(kesadaran sosial), membangun  dan mempertahankan hubungan  yang positif(keterampilan berelasi)  dan  membuat keputusan yang bertanggung jawab. Hal tersebut sesuai dengan 5 kompetensi sosial dan emosional  yang harus dimiliki. Guru juga harus berlaku seperti pemimpin pembelajaran yang menerapkan kelima kompetensi sosial dan emosional tersebut  agar dapat mewujudkan pembelajaran yang nyaman, menyenangkan bagi murid dan menciptakan karakter murid yang berbudi pekerti luhur sehingga akan  terjadi perubahan positif  pada diri murid, baik secara pengetahuan, keterampilan dan sikap. Intinya kemampuan  ini teruntuk seorang guru yang juga harus ditularkan ke murid serta rekan sejawat lainnya.
Apa kaitan pembelajaran sosial dan emosional yang telah anda pelajari dengan modul-modul sebelumnya?
Pembelajaran sosial dan emosional lebih menitikberatkan  pada pencapaian nilai-nilai  budi pekerti yang dapat melatih anak untuk memiliki kesadaran  diri sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara. Pada modul 1.1 jelas dinyatakan bahwa mendidik secara menyeluruh, berpihak kepada murid sesuai dengan kodrat zaman, kodrat anak,  disertai dengan kasih sayang atau among aspek itu meliputi fisik, mental dan emosional.
Pembelajaran sosial dan emosional merupakan pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah , hal ini sesuai dengan nilai guru penggerak  yang bersifat kolaboratif, untuk mewujudkan  pembelajaran sosial dan emosional maka seorang guru penggerak harus dapat menjadi pemimpin pembelajaran yang dapat membuat lingkungan sekolah yang aman, nyaman,  menyenangkan, namun tetap menantang dan relevan bagi muridnya. Sekali lagi guru penggerak juga merupakan agen perubahan yang mendorong  pemgembangan budaya positif di sekolah maka nilai dan peran itu selaras dengan kemampuannya untuk mengolah emosi sosial sehingga terciptanya lingkungan belajar yang inklusif dan saling mendukung untuk berkolaborasi.
Pembelajaran sosial emosional dapat terwujud jika seorang guru penggerak memiliki  visi sebagai landasan atau pemicu ditambah dengan langkah-langkah terarah pada misi yang juga telah dibuat oleh guru penggerak maka mampu menciptakan perubahan budaya positif sehingga dapat menghasilkan anak didik yang berkarakter.
Pembelajaran sosial dan emosional sangat erat kaitannya dengan pembelajaran berdiferensiasi karena satu sama lain menekankan pada kebutuhan belajar anak dan guru harus mampu merespon emosi, minat dan keterlibatan siswa untuk ikut belajar dengan menyenangkan agar menghasilkan murid  yang bertanggung jawab.
Dapat disimpulkan bahwasanya seluruh modul saling terkait untuk demi mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid sesuai profil pelajar pancasila.
Pertanyaan lanjutan  yang saya langsung rangkai saja pada kalimat yaitu : Sebelum mempelajari modul ini saya berpikir bahwa pembelajaran hanya bertujuan untuk merubah pengetahuan dan keterampilan anak saja sehingga pembelajaran terfokus pada pemenuhan nilai belaka. Setelah mempelajari  modul ini ternyata  belajar dapat mengubah karakter  secara psikologis sehingga anak  akan memiliki kesadaran diri yang tinggi untuk dapat memahami perasaan  diri dan orang lain, memiliki manajemen diri untuk dapat mengelola emosi, memiliki kesadaran sosial sehingga peduli dengan orang lain, memiliki kesadaran berelasi agar dapat berkomunikasi secara efektif dengan orang lain dan dapat mengambil keputusan yang bertanggung jawab terhadap pilihan-pilihan yang ada. Manfaatnya  pada saat ini atau untuk menghadapi masa depannya kelak.
Nah, perlu saya paparkan juga ada tiga hal yang mendasar dan penting yang saya pelajari yaitu :
1. Menerapkan lima kompetensi sosial dan emosional yaitu kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial , keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan bagi diri saya selaku guru. Saya sadar yang saya hadapi adalah manusia, setiap manusia berbeda, setiap manusia unik dan menghadapinya ada ilmunya.
2. Menerapkan praktik kesadaran penuh(mindfulness ) dengan menggunakan teknik STOP. Ini penting untuk memulai sesuatu dengan pikiran yang tenang dan positif, sehingga akan lebih sistematis dan terarah. Saya akui biasanya suka panik dan ceroboh, maka saya akan sering-sering STOP. Tahukan apa yang dimaksud dengan STOP, berhenti, itu artinya katanya ya. Maksudnya di sini adalah Stop, Take break, Observe, Proceed. Berhenti, ambil napas, keluarkan, tenang, amati seluruh jiwa raga dan perasaan, pejamkan mata, rasakan lalu lanjutkanlah aktivitas kembali. Teknik STOP ini juga bisa dilakukan secara rutin baik di jam belajar akademik maupun tidak, bisa diintegrasikan dengan mata pelajaran atau saat akan refleksi, atau dijadikan budaya atau aturan sekolah  yang sudah menjadi kesepakatan bersama  dan diterapkan secara mandiri oleh murid dan menjadi kebijakan sekolah untuk merespon situasi atau kejadian tertentu.
3. Menerapkan empat indikator PSE yang berkaitan dengan kelas dan sekolah, seperti pengajaran ekplisit, integrasi dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik, penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah dan penguatan KSE pendidik  tenaga kependidikan.
Perubahan yang akan dilakukan di kelas dan di sekolah adalah ada yang terlihat pada murid dan ke rekan sejawat. Di mana jika itu untuk murid adalah saya akan memberikan pengajaran yang ekplisit dalam kegiatan kokurikuler dan ektrakurikuler, melakukan integrasi dalam praktik mengajar guru dalam kurikulum akademik seperti melakukan pembukaan yang hangat, kegiatan ingti yang melibatkan murid secara aktif dan penutupan yang optimis. Selain itu menciptakan iklim kelas dan budaya sekolah melalui praktik guru dan gaya interaksi dengan murid dan mengubah peraturan dan harapan sekolah. Sedangkan bagi rekan sejawat maka melalui penguatan KSE pendidik  dan tenaga kependidikan di sekolah  dengan memodelkan( menjadi teladan) bagi guru atau  tenaga kependidikan di sekolah, belajar dengan  berbagi praktik baik dan berkolaborasi dengan cara  membuat komunitas belajar di sekolah dan mengintegrasikan KSE  dalam pelaksanaan  rapat guru maupun dalam bergaul sehari-hari di sekolahan.
Ingat kalimat bijak berikut ini : "Murid tidak begitu mengingat materi ajar yang diajarkan, dia akan lebih mengingat bagaimana guru memperlakukannya." Deal, Menyala Bosku! Bye Megawati Sorek.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H