Mohon tunggu...
Megawati Sorek
Megawati Sorek Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 003 Sorek Satu Pangkalan Kuras Pelalawan Riau

Seorang guru yang ingin menjadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Diary

Bagai Kelelawar

17 September 2023   14:12 Diperbarui: 17 September 2023   14:22 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia begitu cepat berubah! Masa lalu tidak bisa lagi dijadikan pedoman di masa akan datang. Masalah semakin komplek diberbagai lini kehidupan, masyarakat dan perekonomian. Sifat dasar pekerjaan berubah sangat pesat, bahkan beberapa jenis pekerjaan menghilang dengan kecepatan yang tak terbayangkan. Tingkat pengangguran terus bertambah. Kualifikasi kerja semakin tinggi. Jika tak memiliki kompetensi dan keahlian siap-siap menjadi penonton.

Dunia digital, jaringan, genggaman teknologi semakin mencengkram. Bagaimana manusia menyikapinya? Sebagai penikmat, pemakai yang konsumtif. Atau memilih berkecimpung ikut berdaya guna dan berkembang dengan meningkatkan kemampuan dan berdaya saing untuk muncul ke permukaan. Bukannya alih-alih memilih untuk menjadi kelelawar.

Tahu kelelawar, oh, bukan BATMAN yang dimaksud disini ya. Ini pembicaraan serius antara kita. Pembaca boleh katakan ini curhat atau apalah. Anak muda, remaja, atau dewasa usia produktif bukannya kebanyakan memikirkan masa depan, eh terlena dengan kehidupan semu. Waktunya habis tersia-siakan untuk hal-hal yang kurang berfaedah. Bukankah itu sangat disayangkan.

Kerjanya malam gentayangan, nggak sih, nggak juga, ada dirumah aja tapi, ya, gitulah jadi kelelawar. Kelelawarnya sistem tidurnya itu. Siang molor, malamnya main ponsel sampai pagi yang dimainin games, judi online, atau apalah kurang tahu juga belum riset mendetail sih menulisnya ini. Pola hidup yang tidak teratur, sehingga mengundang penyakit yang berdatangan. Jadi, jangan heran generasi muda kita banyak yang penyakitan dan tak produktif lagi.

Masa depannya apa yang diharapkan? Mana, kemampuan berdaya gunamu? Pikiran, tenaga, karya, keahlian. Ah, entahlah, anak zaman now. Dunianya suka jadi penonton, dan penikmat saja, tanpa ada kemauan melakukan, kerja, atau bangkit berusaha. Semoga ini hanya pandanganku yang salah.

Dunia semakin sulit! Kebutuhan mahal serta terus menuntut dan tekanan itu akan dihadapi. Stres dan depresi, belum lagi salah kaprah, kebablasan. Kadang sisi negatif perkembangan digital mengubah manusia menjadi tak manusia lagi. 

Sisinya menjadi hilang, abai, apatis, tak peka, egosentris, lebai dan lemah alias lembek tidak memiliki daya juang untuk bekerja keras. Padahal semuanya seharusnya sudah terbantu dengan berbagai media platform yang menjamur serta ilmu pengetahuan yang luas dan mudah didapatkan. Ini seharusnya jadi modal mengupgrade diri lho.

Ah, Au ah, mau ngomel ma siapa, entahlah, kini banyak yang menyalah, justru itu yang diikuti dan ditiru. 

Intinya, aku memunculkan rasa "kewalahan" melihatnya, atau hanya perasaanku saja. Tidak bagi di sana, di suatu tempat. Semua produktif memanfaatkan teknologi dengan bijak, pengembangannya justru membuat semua menghasilkan hal baik dan mampu menciptakan lapangan kerja, meningkatkan taraf hidup serta kehidupan yang maju dan mapan. Mungkin di mataku saja yang salah. Entahlah, entahlah.

Itulah ceritaku, ketika melihat keponakan yang bangun, minum, makan lalu tidur lagi. Emosi dan tensiku yang naik!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun