Kebencian yang dirasakan akibat perlakuan dari orang lain atau pun hanya karena iri dengki yang melanda. Keduanya sama saja akan memberikan dampak yang buruk. Si pembenci akan menghabiskan waktu dan pikirannya untuk orang yang dibenci. Perhatiannya hanya tertuju pada orang yang dibenci. Obsesi serta moodnya sangat tergantung dengan apa yang dialami oleh orang lain itu.Â
Iri, dengki, dan kebencian itu sepaket. Hal tersebut merupakan emosi atau perasaan negatif pada diri. Iri adalah perasaan ingin memiliki atau meraih sesuatu yang dimiliki atau dicapai orang lain, sedangkan dengki adalah perasaan tidak suka atau tidak senang atas keberhasilan atau kesuksesan orang lain.
Kebencian, di sisi lain, adalah perasaan yang lebih ekstrem yang timbul dari ketidakpuasan, ketidakadilan, atau kesalahan seseorang atau sesuatu hal terhadap dirinya atau orang lain. Kebencian seringkali muncul karena perasaan iri atau dengki yang tidak diatasi. Maka itu adalah penyakit hati yang sangat berbahaya.
Dalam situasi yang ekstrem, perasaan iri dan dengki dapat berkembang menjadi kebencian yang sangat kuat dan akut. Kebencian ini bisa memiliki dampak yang merusak, baik pada lingkungan sosial, hubungan erat, maupun pada kesehatan psikologis dan mental individu itu sendiri.
Sakit hati jika orang tersebut mendapat kesenangan atau tak suka dengan apa pun yang berkaitan dengan orang tersebut, lalu berusaha dengan tindakan mempengaruhi orang lain agar turut membenci. Selalu menyebarkan hal buruk. Hidupnya menjadi tak tenang serta gelisah akibat energi negatif yang terpancar darinya
 itu.
Orang yang memelihara rasa benci cenderung sulit untuk memaafkan, menerima dan melupakan apa yang telah terjadi pada dirinya. Rasa benci yang terpendam dapat mengontrol emosi seseorang dan mempengaruhi cara pandang dan tindakan seseorang terhadap orang atau situasi yang menyebabkan rasa benci tersebut.
Ingatlah dosa pertama dilakukan oleh Iblis adarah iri kepada Nabi Adam, sombongnya Iblis juga dimanifestasikan dengan tidak bersedianya ia menuruti perintah Tuhan.
Lanjut, dengan iri hati dan kebencian anak kembar nabi Adam yang akhirnya terjadilah pembunuhan pertama di dunia.
Bahasan berikutnya mengenai prasangka buruk. Cenderung selalu berprasangka buruk. Sebuah asumsi negatif tanpa bukti atau informasi yang cukup yang mendukung. Â Akibat dari prasangka buruk sangat besar dan sangat menganggu hubungan bermasyarakat, keluarga, kelompok maupun antar personal.
Konflik akan menjadi besar, jarak yang tercipta, merasa tidak nyaman. Interaksi menjdi canggung dan tegang.Â
Bermula dari kebencian, timbul prasangka dan akhirnya berimbas pada berbagai sifat buruk lainnya seperti, diskriminasi, rasis, dan intoleransi, seakan fobianya telah akut. Parahnya lagi aksi brutal dan anarkis bisa terjadi.
Lagi, prsangka buruk bisa saja berawal dari rasa rendah diri, membanding-bandingkan, merasa tersisih, diabaikan, merasa tidak aman, khawatir akan hidup sendiri, Â tidak dihargai berujung ke kesehatan mental alias depresi atau stres sendiri.
Intinya kebencian dan prasangka buruk akan menganggu hubungan yang semula harmonis dan damai. Jadi jangan dipelihara perasaan tersebut ya. Kita harus memperbaiki diri dari cara berpikir maupun tingkah laku perbuatan. Menghargai, membuka diri, memahami perbedaan, hati yang lapang, ikhlas, dan memahami orang lain.
Selain itu, memelihara rasa benci dapat memberikan ketidaknyamanan dan mengganggu kesejahteraan emosional dan psikologis seseorang dalam jangka panjang. Rasa benci juga dapat memberikan dampak negatif pada hubungan dengan orang lain, termasuk pasangan, keluarga, atau rekan kerja, karena dapat mempengaruhi cara berkomunikasi dan bergaul.
Langkah yang bisa diambil untuk mencoba menghilangkan kebencian yaitu memaafkan, menyelesaikan masalah, meminta bantuan orang lain, mengurangi interaksi dengan orang tersebut.empati, ikhlas dan membuka pikiran untuk memperluas pemahaman terhadap orang lain dapat membantu menghindari terjadinya iri.
Namun, mengatasi rasa benci tidaklah mudah dan membutuhkan waktu dan usaha yang cukup. Namun dengan kerja keras dan tekad yang kuat, seseorang dapat membebaskan dirinya dari rasa benci yang merusak tersebut dan mendorong pertumbuhan serta perkembangan pribadi.
Oleh karena itu, penting bagi seseorang untuk mengenali emosi-emosi negatif yang muncul di dalam dirinya dan mencoba untuk mengatasi perasaan iri dan dengki tersebut sebelum berkembang menjadi kebencian yang tidak terkendali. Belajar bersyukur, sabar, atas apa yang dimiliki, fokus pada kebaikan dan pencapaian kualitas diri ke arah yang lebih baik.
Setiap individu sebagai bahan referensi dalam pengambilan keputusan, tindakan, dan perilaku kita tak lepas dari persepsi atau sudut pandang.
Persepsi adalah proses cara makhluk hidup memandang, menalar, mengolah informasi, meraba, mendengar, merasa dan mencicipi sesuatu atau menerima rangsang dari sekeliling melalui panca indera atau perasaan yang dimilikinya.
Persepsi lebih luas lagi bisa jadi dikatakan sebagai suatu kemampuan individu untuk menginterpretasikan dan mrespon makna dari informasi yang diperoleh dari lingkungan, mengorganisasikan dan meneruskan informasi tersebut untuk diolah.
Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda karena setiap orang memiliki pengalaman, pengetahuan, dan prasangka yang berbeda-beda, sehingga dapat memengaruhi interpretasi dan arti yang diberikan pada suatu objek atau situasi.
Persepsi juga dapat dipengaruhi oleh faktor lain seperti keadaan emosi, motivasi, dan persepsi diri sendiri. Oleh karena itu, persepsi sering kali dianggap subjektif dalam hal interpretasi dan pengartian yang diberikan pada suatu objek atau fenomena tertentu.Â
Setelah panjang lebar menulis, yang intinya masih berantakan mungkin ini ulasannya, ada iri, dengki, kebencian, prasangka terakhir mengenai persepsi pula. Dapat digaris bawahi mungkin begini, segala sifat buruk itu bisa menghadirkan kebencian atau sebaliknya, kebencian bisa pula menjadikan kita  pribadi yang memiliki sifat iri, dengki, prasangka buruk dan persepsi yang salah.
Jadi ingat bacaan novel karya penulis idolaku Tere Liye dalam bukunya yang berjudul RASA dituliskan begini pada halaman 304 : Â prasangka itu seperti katalis. Katalis dalam sebuah masalah. Dengan prasangka l, masalah kecil bisa jadi besar. Masalah besar apalagi bisa jadi raksasa. Perang dingin AS dan Uni Soviet era tahun 70-an hingga 90-an adalah contoh sebuah prasangka. Masing-masing pihak berprasangka. Dan apa yang terjadi? Ribuan hulu nuklir dibuat. Ribuan senjata biokimia disiapkan. Kalian bisa bayangkan andaikata prasangka itu meledak menjadi sebuah kemarahan. Binasa. Begitu juga dengan masalah kecil di sekitar kita. Dikatalisasi oleh prasangka.
Masih di novel yang sama di halaman 344 dituliskan : Sebuah masalah yang super sulit, super menyakitkan, terkadang hanya bisa diselesaikan dengan sebuah penerimaan. Berdamai dengan hati yang masih membenci. Berdamai dengan hati yang masih perih.
Setujukah? Perlukah kita bahas tentang dendam nih. Udah dulu deh, ngantuk. Bye
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H