Setiap yang bernyawa akan mati. Kita akan berada di ujung kehidupan yang melenakan. Dunia yang membuat kita lupa maut itu akan tiba. Semuanya nantinya akan kita tinggalkan dan meninggalkan. Ada yang datang ada yang pergi, hilang tumbuh berganti. Regenerasi akan berjalan. Hidup ternyata hanya sebentar, begitu cepat waktu berlalu. Tahu-tahunya seiring waktu berlalu semua menjadi kenangan dan tinggalah nama. Kematian akan menghampiri, mau tidak mau pasti terjadi dan masing-masing mendapat giliran. Firman Allah pada QS. Al-Kabut 57 yang bermakna adalah :
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada kami kamu dikembalikan"
Peristiwa terpisahnya ruh dari jasad . Sebenarnya esensi kehidupan ada pada ruh, jika tubuh tanpa ruh ia hanyalah benda mati saja, berupa bersifat materi. Jika sudah menjadi jasad , asalnya dari tanah, dikembalikan lagi ke tanah, dan merupakan bagian dari benda di dunia. Untuk  ruh dia tetap abadi, bersifat abstrak, berasal dari langit, walau kita hanya sedikit ilmu yang diberikan oleh Allah  mengenai eksistensinya ruh dan sampai saat ini masih misteri dan nantinya akan menjalani kehidupan akhirat yang kekal abadi.
Perasaan ngeri, sedih dan takut, membicarakan tentang kematian bukanlah hal yang menyenangkan. Kematian identic dengan kesedihan. Kita rasanya maunya sih berumur panjang dan hidup yang bahagia dan jika hal itu datang secara mendadak tanpa kita tahu waktu banyak di antara kita belum siap. Indahnya dunia yang membuat terlena meski kita sadar itu adalah fana. Persiapan menghadapi kematian terkadang belumlah ada. Kalau bisa ditunda tentu mungkin kita minta tanguh waktu. Sayang akan keluarga, harta benda dan segala isinya, hubbun dunya, mencintai dunia begitu kuat itulah kita.
Kematian adalah bukan akhir, justru pintu gerbang sebuah penantianyang lama hingga kiamat yang akan datang. Sudah cukupkah bekal? Ah, rasanya jika ingat mati, hati ini menciut dan begitu banyak penyesalan yang datang. Waktu selama ini telah lalai, terbuang sia-sia dan abai. Anehnya perasaan ini hanya datang sekejap saja, setelah itu kembali hanyut dengan hiruk pikuk dunia. Sibuk, sesibuknya mengejar dunia, lupa akhirat. Amal ibadah sekedarnya saja, seakan hidup lama lagi. Padahal kita semua tak tahu, kapan ajal menjemput. Bahkan tanpa menunggu tobatmu. Â Al-Quran menyingung hal tersebut yang bunyinya sebagai berikut :
"Dan setiap umat mempunyai batas waktu ajal, maka mereka tidak akan dapat mengundurkannya sesaat pun, dan mereka tidak akan dapat pula memajukannya" (QS. Al-A'raaf 7:34)
Baginda Rasul juga menyuruh kita agar ingat pemutus kenikmatan yaitu kematian. "Perbanyaklah kalian mengingat kematian, sebab seorang hamba yang banyak mengingat mati, maka Allah akan menghidupkan hatinya, dan Allah akan meringankan baginya rasa sakit saat kematian."
Seharusnya kematian menjadikan pengingat bagi kita untuk menjadi orang cerdas versi  junjungan kita Rasullulah. Beliau menyatakan bahwa orang yang cerdas adalah manusia yang mampu  mengendalikan dirinya dan mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah kematian. Kematian adalah pintu gerbang untuk memasuki fase kehidupan berikutnya. Akan banyak yang akan dilalui lagi.
Tentang gelapnya alam kubur, siksa dan nikmat kubur, himpitan kubur, fitnah kubur, ada tuntutan hutang sampai dalam kubur, makanya ahli waris wajib tahu dan melunasinya segera. Malaikat yang datang dengan wajah seram dan ganas. Waduh, membayangkan ini saja sudah merinding.
Kematian bukankah akhir dari segalanya. Sebagian orang bahkan percaya kematian hanyalah ketiadaan yang mutlak, tidak ada kehidupan, tidak ada alam kubur dan akhirat, kepunahan. Ia merasa dunianya berat, penuh nista, dan kesengsaraan dan memutuskan bunuh diri maka azab yang tak kunjung lepas menanti. Kontradiktifnya pemikiran itu tentunya atas pengaruh dari ilmu yang diketahui. Ajaran agama kita jelas dan gamblang menjelaskan tentang alam kematian dan seterusnya.
Saat seorang insan kembali kepada keharibaanNya, maka pertangung jawaban atas apa yang telah diperbuat mulai dilakukan. Jika mampu melewati semua ujian hidup dan beramal ibadah selagi masih di dunia maka akan mendapat balasan yang terbaik dari Allah, begitupun sebaliknya jika hidup berkalang dosa bersiaplah siksa-siksa kubur dan api neraka yang akan mendera. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa kematian itu harus terjadi. Ingatlah "Jika anak Adam mati, putuslah segala amal perbuatannya kecuali tiga perkara: Sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang sholeh yang selalu berdoa."
Manusia itu ketika mati ada tiga hal yaitu :
1. Jasad, fisik nyata, hanya wadah yang menampilkan bentuk serta karakteristik. Setelah ditinggal ruh hanyalah seperti barang dan membusuk menjadi santapan hewan tanah dan cacing tanah.
2. Ruh, jiwa adalah milik Allah tepatnya dijelaskan pada QS. Al-Isra 85" Dan mereka bertanyakepadamu tentang roh. Katakanlah roh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuanmelainkan sedikit."
3. Proses kematian melalui detik-detik yang disebut sakaratul maut. Saat pencabutan ruh. Baginda Rasullulah mengatakan yang sesakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang. Saat itu sangat menegangkan dan teramat menyakitkan. Kedasyatan, tekanan, kengerian, melihat wujud malaikat maut dan penyiksaan saat di api neraka. Jika menyaksikan saudara, rekan atau kerabat seiman dan keluarga menghadapi sakaratul maut kita dianjurkan untuk mentalqinnya atau menuntun dengan membisikkan lafaz tauhid 'Laa ilaha illallah" bertujuan agar calon insan yang akan wafat, Â tidak ada sesuatu hal lain dalam hatinya kecuali Allah dan berharap berakhir dengan akhir yang baik atau khusnul khotimah. Selanjutnya melakukan Fardu kifayah mempersiapkan segala hal prosesi penguburan dengan layak dan sesuai aturan agama kita.Â
Penantian adalah misteri dalam hidup kita. Terkadang kita lupa tentang misteri penantian yang pasti dialami.
adalah kematian. Bukan fokus ke jodoh ya.
Bukankah setiap kita pasti mati, tapi tidak setiap orang akan menikah. Benarkan?
Kita tidak tahu mana yang akan lebih dulu melamar. Nah, lho!
Jika selama ini penantian seandainya hanya terfokus pada jodoh, lantas bagaimana penantian yang juga menanti diri kita. Maut!
Memantaskan, memperbaiki, dan melakukan perubahan diri adalah hal yang dilakukan selama penantian. Yuk, semoga dituntun ke jalan yang benar. Aamiin ya rabbal Alamin.
Jika melakukannya ikhlas hanya karena Allah maka ada dua kemungkinan, yaitu bertemu dengan jodoh yang baik atau bertemu dengan Allah dalam keadaan baik (husnul khotimah)
Kita tak pernah tahu bagaimana ujung penantian manusia ini akankah sesuai harapan.
Akankah kita menanti untuk saling mencintai atau menanti untuk pergi tak kembali.
Takdir sudah Allah tentukan, termasuk jodoh dan kematian.
Akhir kata, maaf dan wallohu’alamu bisawab.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI