Mohon tunggu...
Megawati Sorek
Megawati Sorek Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 003 Sorek Satu Pangkalan Kuras Pelalawan Riau

Seorang guru yang ingin menjadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Diary

Trik Bisnis dan Gempa Lokal

22 Mei 2023   20:20 Diperbarui: 22 Mei 2023   20:24 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri : Koleksi Desain Megawati Sorek 

"Waduh, mengapa data penjualan meleset drastis bulan ini!" Aku bermonolog  serta meletakkan pena yang kugunakan untuk mencatat .

"Kenapa?" Tiba-tiba pertanyaan itu terdengar. Rupanya sedari tadi suamiku sudah ada duduk di pinggiran ranjang-- tepatnya di belakangku.

"Pendapatan bulan ini selisih jauhdi banding bulan lalu, Bang" jawabku sembari membalikkan badan menghadapnya.

"Coba evaluasi kembali, bagaimana pangsa pasar saat ini, promosi  juga, maaf nih ya, menurut Abang, kamu itu terlalu terburu-buru merekrut reseller."

"Loh, kok gitu, kan bagus banyak yang mau bermitra dengan kita, berarti barang kita itu diperlukan konsumen, banyak yang mau menjualkan," cecarku membela diri. Bibirku telah mengerucut tanda tidak terima.

"Lho, lho kok marah, betul memang target produkmu ini buat para wanita, resellernya juga mak-mak. Ada yang kamu harus tahu juga mak-mak itu tidak bisa totalitas, kerjaan rumah tangganya aja kamu tahu, bejibunkan?"

Aku mengangguk masih dengan muka masam, tetapi  mencerna apa yang disampaikan oleh pria yang telah membersamaiku hampir sepuluh tahun itu. Ada benarnya, ada yang luput dari analisisku selama ini. Biasanya kesepakatan dan kepercayaanlah yang menjadi prioritasku.

"Bagaimana, jika kamu memberi reward bagi reseller?  Misalnya siapa yang bisa melakukan penjualan sampai sekian jumlahnya gitu, pasti pada semangat tuh. "

"Atau bisa juga pada produknya buat semacam bundling gitu dengan paket hemat kek orang-orang itu," tambah suamiku.

"Iya, ya, Bang, nantilah aku coba utak-atik lagi, besok mau ke toko  berunding dengan semua admin juga, terima kasih ya, masukkannya maklumlah aku ni, kadang oleng, " ucapku lalu tersenyum lebar.

"Makanya kalau ada masalah, bisa cerita dengan suamimu ini, terkadang bisa terlupa dan tak terpikirkan." Suamiku berucap dengan menaik-turunkan alis.

Alamak, kode itu. Aku melirik jam kecil di nakas.  Jarum pendeknya sudah menunjukkan pukul 22.00. Pantas saja, anak-anak pasti sudah terlelap dalam mimpi di kamar masing-masing.

"Yuk!" Bibirku mengulas senyum dan berjalan menuju ranjang, siap membuat gempa lokal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun