"Kumohon, beri aku kesempatan."
Kesempatan. Dia pikir bisa remedi untuk memperbaiki nilai seperti siswaku hingga mencapai nilai KKM Sorry, itu jika menghadapi penilaian siswa ye. Takkan pernah terjadi untuk hati ini terbuka kembali untuknya. Sebelum kata yang kasar tercelos, dengan berdiri kuberkata.
"Keluar!"
Tubuhku bergetar menahan amarah. Wajah memerah tanpa perlu perona lagi deh sepertinya. Â
Ia pun berdiri lunglai, beringsut melangkah ke luar. Menyesal, Pastinya itu yang Ia rasakan.
Menatap punggung itu, namun tiba-tiba berbalik berjalan ke arahku.
"Apalagi!" hardikkanku menggema.
"Minta ongkos becak." Tangan menengadah, tatapan sendu dengan bibir yang masih bergetar.
Tepok jidat, mengeluarkan uang pada saku baju dinas. Menemukan uang lima puluh ribu dan sepuluh ribu. Dengan terbesit iba, uang lima puluh ribu itupun berpindah ke tangannya.
"Alhamdulillah, bisa sekalian tuk makan hari ini,"gumamnya bermonolog.
Jangan harap aku terharu. Setelah Ia berlalu. Rasanya ingin kumembanting lemari, eh pintu maksudnya.