Almahyra Romsani namamu, gadis yang periang, heboh serta penuh semangat. Namun, agak sedikit tomboi. Masih ingat jelas di ingatanku awal kita bertemu, saat itu aku dan Ibra sedang berjalan menuju ruangan kelas kuliah. Dirimu berlarian menabrak kami, sepertinya terlalu terburu-buru. Lalu dirimu memelaskan wajah serta berucap maaf dengan lirih.
Selanjutnya, ternyata kita satu ruangan dan perkenalan kita semakin akrab, selalu bertiga. Ada kecocokan di antara kita.
Dari zaman film India Kuch-Kuch Hota Hai sampai film Perahu Kertas tak ada yang namanya persahabatan lawan jenis yang tulus. Akhirnya rasa suka itu menagih, melahirkan rasa benih- benih menjadi cinta terpendam. Rasa ingin memiliki diiringi cemburu diam-diam. Namun diantara kita tiada yang sanggup tuk mengutarakannya. Cinta dalam senyap menyiksa bersama harapan akan menjadi kenyataan.
Dapat kulihat matamu berbinar, ketika melihat Ibra. Di tatapan mata itu ada yang tersembunyi. Perhatianmu begitu intens padanya. Namun, kutak tau apa Ibra menyadari hal itu. Atau pura-pura tak tahu. Abai.
Di suatu waktu, saat kegiatan MAPALA berlangsung. Pendakian gunung berlangsung. Bagaimana khawatirnya dirimu saat Ibra demam dan pingsan. Dirimu rela bergadang hanya untuk menjaga serta meletak handuk di kening Ibra.
Kau tahu Alma, saat itu diriku mati- matian menahan rasa cemburuku. Memendam rasa memang menyakitkan. Untuk jujur padamu kutak sanggup. Terasa sakit perih ketika kasih perhatianmu hanya tertuju pada Ibra.
Hari ini, bangunmu lebih awal. Bersiap sambil bersenandung kecil. Wajahmu bersinar. Di depan cermin memoles wajah dengan make-up lalu berdiri sambil memutar tubuh lalu menggeleng. Membuka lemari serta tanganmu dengan lincah menggambil beberapa helai baju dan meletakkan nya di atas ranjang. Baju tersebut satu persatu dirimu pajang di depan tubuhmu serta menghadap cermin. Mengeleng, lalu menganti dengan baju yang lain. Seperti nya dirimu mempersiapkan diri ingin tampil sempurna.
Hari ini begitu spesial, dirimu akan menyambut dan menjemput Ibra yang datang dari Riau, Ibra yang merantau ke Pulau Sumatera akan kembali ke Jakarta untuk liburan satu Minggu ke depan. Kesempatan yang langka bagimu untuk bertemu langsung semenjak selesai kuliah. Sibuk masing-masing. Â Hanya sesekali melalui handphone komunikasi terjalin. Ibra yang sudah sukses menjadi pengusaha serta dirimu yang bekerja sebagai sekretaris di Perusahaan besar di Jakarta ini. Bahkan semenjak ayahmu tiada dirimulah yang menjadi tulang punggung ekonomi keluarga membiayai kebutuhan ibumu serta adik yang masih bersekolah.
Setelah dirimu cukup puas dengan penampilanmu, segera meraih kunci mobil. Menuju bandara dengan perasaan riang gembira. Walaupun hari Minggu---bukan hari kerja---weekend, macet merupakan hal yang masih perlu diantisipasi agar tidak mengalami keterlambatan. Sebelum pukul 09.30 kedatangan penumpang. Dirimu sudah siap  menunggu dengan debaran hati bahagia.
Senyummu mengembang serta melambaikan tangan pada Ibra. Ibra yang berstelan casual dan memakai kacamata hitam itupun sangat terlihat tampan tersenyum ke arahmu dan melambaikan tangannya.
Senyummu surut seketika, melihat bergelayut manja di lengan Ibra seorang gadis ayu jelita berkacamata hitam juga, serta  menyeret koper pink. Gadis berlesung pipi itu tersenyum manis.