Mohon tunggu...
Megawati Sorek
Megawati Sorek Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 003 Sorek Satu Pangkalan Kuras Pelalawan Riau

Seorang guru yang ingin menjadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Horor

Ninja Sawit

24 April 2023   06:00 Diperbarui: 24 April 2023   06:13 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saidah membisikkan sesuatu pada telinga sang suami. Jamal tersenyum dan mengangguk-angguk tanda setuju.

***

Mobil tidak bisa melalui tempat yang dituju oleh Jamal dan Saidah. Ia memarkirkan mobil di tepi jalan. Mereka melanjutkan dengan melalui jalur rerumputan yang rebah akibat bekas injakan. Udara malam yang dingin, membuat dedaunan pada pohon besar yang ada di sekeliling mereka bergesekan. Sesekali terdengar suara burung gagak. Saidah merasa sedikit ciut, diraihnya tangan Jamal yang sedang menyenteri jalan dan membuat cahayanya terkadang bergoyang-goyang. Sepasang suami istri tersebut akan menuju rumah dukun Mbah Santos. Kediaman berupa gubuk yang dituju memang jauh dari desa, sehingga mereka kemalaman.

Mbah Santos menerima dan menyatakan sanggup melakukan ritual yang diminta oleh tamunya. Sang dukun duduk bersila menghadap meja yang di atasnya tampak sederetan  wadah berisi mahkota bunga berbagai macam warna serta mangkuk logam kecil berisi bara api.

Aroma kemenyan menyeruak saat tangan lelaki yang kurus dan renta itu menaburkannya di atas bara api yang menyala. Mulutnya yang sedikit tertutup kumis putih itu komat-kamit merapal mantra. Persekongkolan dengan jin pun dimulai. Aksi tak kasatmata akan menyertai kisah kehidupan Jamal dalam mempertahankan hasil panen sawitnya. Hatinya terlalu sakit akan kelakuan pencuri yang telah membuat ekonominya terguncang. Ia berpikir harus cepat menindaklanjuti hal tersebut sebelum ninja sawit itu akan ketagihan menjarah kebunnya.

Setelah selesai mereka pun pamit dan sebelumnya telah meninggalkan mahar yang sesuai dengan permintaan sang dukun.

***

Tiga pria berpostur tinggi berjalan di malam gelap pekat. Hanya mengandalkan senter di kepala masing-masing sebagai penerang. Mereka membawa egrek atau alat yang digunakan untuk memanen sawit dengan ketinggian di atas 3 meter dan sepeda motor yang telah diberi keranjang pada kanan dan kiri boncengannya. Semua hasil curian akan mereka antar  dan disembunyikan dulu di suatu tempat dan itu mereka lakukan bolak-balik mengingat mereka tak memiliki mobil angkut. Ditemani suara hewan malam yang memecah keheningan. Pukul 01.00 dini hari memang waktu yang tepat untuk mereka beraksi. Jejeran deretan pohon sawit memperlihatkan buah tandan sawit ranum yang berwarna oranye dan bercampur hitam pada pangkal buah. Tandan buah sawit itu memang sangat menggoda saat harganya lagi melambung. Sebagian besar sumber penghasilan warga setempat sebagai petani sawit berupa lahan milik pribadi atau ada juga berupa kerja sama dengan perusahaan dengan cara kemitraan usaha kelompok tani (KKPA).

Mereka mulai beraksi dengan mengambil jalur ujung terlebih dahulu. Mereka bertiga telah bersiap menjulurkan egrek yang sangat tajam untuk mengait tandan buah. Tiba-tiba angin berembus membawa bau anyir menusuk hidung. Ketiga maling itu saling beradu pandang dan batal menarik egrek yang sudah tepat di posisinya. Aroma itu mampu  mengaduk isi perut menjadi mual. Bulu kuduk ketiga lelaki itu meremang. Mereka semua menutup hidung dengan tangannya dan merasakan ada yang aneh.

Tanpa sengaja, sudut mata lelaki bertubuh paling besar dan tegap di antara mereka menangkap sebuah bayangan  tidak jauh di samping kirinya. Ketua gerombolan pencuri itu pun membeliak. Bayangan itu ternyata sepotong kepala yang melayang-layang. Rambut kusut menjuntai  ke bawah. Muka rusak sebelah dan ada belatung yang bergerak-gerak. Lidah terjulur panjang dan dengan cepat  menyapu ketiga pria yang berdiri kaku itu hingga terpental. Saat mereka merasa ketakutan dan mencoba untuk bangkit, mereka kembali melihat kepala itu menampakkan bibir  menyeringai. Gigi runcing dengan cairan hitam yang menetes di dagu wajahnya yang setengah hancur tersebut. 

Salah satu dari mereka sudah pingsan akibat ketakutan, sedangkan yang seorang lagi telah menciptakan aliran basah pada celananya. Hanya sang ketua yang sanggup untuk berlari tunggang-langgang. Sekuat tenaga ia mengerahkan tenaga agar dapat terhindar dari kejaran  makhluk menakutkan itu. Sampai-sampai lelaki itu tersungkur dan mencium tanah yang lembap. Saat potongan kepala itu mendekat, ia menjerit dan memejamkan mata. Ia merasakan aliran dan  kekuatan masuk dari  punggungnya. Tubuhnya mengentak dan matanya menjadi nyalang dan berwarna merah. Mulutnya  mengerang merasakan sakit yang teramat sangat. Dahsyatnya rasa nyeri pada seluruh sendi yang seakan-akan luruh dan sesak pada dada  seperti ditimpa beban yang berat, napasnya hanya bisa satu-satu diiringi gerakan dada yang turun naik. Ia berpikir bahwa nyawanya akan terlepas. Perlahan kedua matanya sayu lalu terpejam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun