Saat penulis pulang dari rumah kerabat. Melewati jalan setapak yang di kiri kanannya adalah pemakaman umum. Penulis tiba-tiba berhenti dan termangu. Mengucapkan salam kepada ahli kubur. Begitu sunyi, hamparan deretan batu nisan, begitu hampa. Embusan angin begitu sejuk karena cuaca mendung di langit. Awan hitam berarak berduyun-duyun menandakan akan turunnya hujan.Â
Hidup di dunia ini hanya sesaat. Tahu-tahunya seiring waktu berlalu semua menjadi kenangan dan tinggalah nama. Kematian akan menghampiri, mau tidak mau pasti terjadi dan masing-masing mendapat giliran. Sesuai pada firman Allah pada QS. Al-Kabut 57 yang artinya adalah :
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada kami kamu dikembalikan"
Peristiwa terpisahnya ruh dari jasad . Sebenarnya esensi kehidupan ada pada ruh, jika tubuh tanpa ruh ia hanyalah benda mati saja, berupa bersifat materi. Jika sudah menjadi jasad , asalnya dari tanah, dikembalikan lagi ke tanah, dan merupakan bagian dari dunia. Sedangkan ruh dia tetap ada , bersifat abstrak, berasal dari langit, walau kita hanya sedikit ilmu mengenai eksistensinya ruh yang misteri dan akan menjalani kehidupan akhirat yang kekal abadi.
Perasaan sedih dan takut, membicarakan tentang kematian bukanlah hal yang menyenangkan. Kita rasanya ingin hidup lebih lama dan jika hal itu datang secara mendadak tanpa kita tahu waktu banyak di antara kita belum siap. Indahnya dunia yang membuat terlena meski kita sadar itu adalah fana. Persiapan menghadapi kematian terkadang belumlah ada. Kalau bisa ditunda tentu mungkin kita minta tanguh waktu.
"Dan setiap umat mempunyai batas waktu ajal, maka mereka tidak akan dapat mengundurkannya sesaat pun, dan mereka tidak akan dapat pula memajukannya" (QS. Al-A'raaf 7:34)
Demikian juga pada hadish Rasullulah mengatakan "Perbanyaklah kalian mengingat kematian, sebab seorang hamba yang banyak mengingat mati, maka Allah akan menghidupkan hatinya, dan Allah akan meringankan baginya rasa sakit saat kematian."
Seharusnya kematian menjadikan pengingat bagi kita untuk menjadi orang cerdas versi nabi besar Muhammad SAW. Beliau menyatakan bahwa orang yang cerdas adalah orang yang  mengendalikan dirinya dan mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah kematian. Kematian adalah pintu gerbang untuk memasuki fase kehidupan berikutnya.
Kematian bukankah akhir dari segalanya. Sebagian orang bahkan percaya kematian hanyalah ketiadaan yang mutlak, tidak ada kehidupan, tidak ada alam kubur dan akhirat, kepunahan. Ia merasa dunianya berat, penuh nista, dan kesengsaraan dan memutuskan bunuh diri maka azab yang tak kunjung lepas menanti.
Ketika manusia kembali kepadaNya, maka pertangung jawaban atas apa yang telah diperbuat. Jika mampu melewati semua ujian hidup dan beramal ibadah maka akan mendapat balasan yang terbaik dari Allah, begitupun sebaliknya jika hidup berkalang dosa bersiaplah siksa api neraka. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa kematian itu harus terjadi.