Mohon tunggu...
Megawati Sorek
Megawati Sorek Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 003 Sorek Satu Pangkalan Kuras Pelalawan Riau

Seorang guru yang ingin menjadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Gila

22 Maret 2023   14:20 Diperbarui: 22 Maret 2023   14:35 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai candu, aku rindu.Wanitaku

Mungkin aku bucin (budak cinta) yang tak sadar diri, jelas asaku hampa. Kesadaran akan diri ini siapa, aku rendah diri. Seorang pemuda biasa, sederhana bahkan introvert tiada hal yang dapat kutonjolkan untuk membuatmu tertarik padaku. Aku yang pendiam bahkan tidak memiliki kecerdasan sosial. Bergaul sekedarnya saja. Tiada memiliki sahabat atau untuk berbagi cerita. Terlahir dari pasangan yang berantakan, Ibu yang pergi entah kemana. Hidup hanya diasuh oleh bapak yang hanya bekerja sebagai buruh bangunan. Keseharianku sering kuhabiskan hanya dengan membantu bekerja serabutan demi menyambung hidup.

Namun, dihati ini  tak pernah surut keinginan tuk selalu dirimu ada dalam tatapan mataku.bertahta di hati, menguasai semua hasrat tuk memilikimu. Obsesi gila ini sudah sejak lama terpendam yang terus kurawat dengan iringan mimpi indah selalu mengayuti setiap malam menjelang. Tak mampu untuk berterus terang mengungkapkan rasa yang terpendam. Ya, mencintai dalam diam hanya itu nyaliku, seperti bayang-bayang mengiringimu

Alisa Putri nama yang bagus, seindah orangnya. Awal perkenalan kita dimulai saat seragam putih biru, satu kelas.  Kau anak orang yang berada, memiliki segalanya. Kita bagai langit dan bumi. Melihat sifatmu yang ceria, kemanisan senyum serta nan rupawan. Hiasan lesung pipi itu seakan magnet yang membuatku terbuai dengan senyuman manis yang  selalu kau tawarkan. Saat itu detik itu juga hatiku terpatri dengan menuliskan namamu memenuhi ruangan hati.   

Kebersamaan masa belajar .menimbulkan rasa yang terdalam,  mati- matian kuawasi pergerakanmu hingga sampai ke jenjang seragam  putih abu- abu pun  mengikutimu. Bahkan dunia mayamu tak lepas dari pantauanku selalu.

Menatapmu secara diam-diam maupun langsung terang-terangan acapkali kulakukan tetapi sepertinya dirimu tak suka dan membalas dengan sorotan kebencian yang mendalam, bahkan cibiran. Entah itu risih atau kau telah menangkap gelagat rasaku padamu. Pastinya kutau cinta ini bertepuk sebelah tangan. Tak mungkin rasa ini terbalas. Mustahil, sadar akan hal itu. Tapi rasa ini tak bisa kukubur, makin lama justru makin subur.

Bahkan kini di Perguruan Tinggi terkemuka  tempat kuliahmu. Aku  masih ingin membersamaimu dalam senyap. Bukan sebagai mahasiswa, ku tak mampu untuk itu karena ekonomi dan otakku tentunya. Menjadi pekerja kebersihan di kampusmu itulah yang kulakukan. Demi apa?  ya semua itu demimu, asal bisa melihatmu walau dari tempat tersembunyi. Ah, segila itu aku padamu. Untung saja dirimu tak memilih kuliah di luar negeri. Andai itu terjadi kujamin frustrasi jadinya. Bisa-bisa bunuh diri menjadi alternatif solusiku jika tak bisa lagi dekat denganmu.

Hari ini kecewa dan kesedihan yang teramat mendalam menyerang hatiku. Karena mendengar gosip yang katanya gadis pujaanku akan bertunangan dengan pacar---anak rekan bisnis papamu. Kecemburuan sebenarnya telah berjuta kali menderaku. Dari sekolah dulu menjadi primadona dan banyak memiliki pacar bergonta-ganti. Masih bisa kubendung, Menahan rindu dan cemburu menjadi satu yang terperangkap di kalbu dan amat menyiksa. Namun, tidak untuk kali ini, tak rela jika ada yang mengikatmu dengan serius.

Di toilet, ku berteriak histeris, kedua tangan meremas rambut dengan kuat. Dilema antara memperjuangkan cinta atau memupuskan impian tuk bisa bersanding denganmu. Menatap cermin di hadapanku. Berdiri pria kurus dengan wajah tirus, kuyu lalu menerbitkan seringgaiannya.

"Menyedihkan! Apa yang kau lakukan selama ini. Hanya jadi penguntit, hah!" ejeknya.

"tidak! tidak boleh terjadi!" pekikku cepat.

"Dia akan jadi milik orang" kembali bayangan pada cermin itu melolong memprovokasiku.

"Tidak! Alisa milikku! Hanya milikku! Selamanya! " pekikkanku menggema seraya menatap cermin dengan lekat. Terlihat urat leher yang  menonjol, tetapi bayangan itu membalas dengan senyuman tipis meremehkan. "Tidak," lirihku putus asa.

Terdengar tawa nyaring seperti mengolokku memenuhi ruangan berukuran  tiga kali empat meter, membuat teligga penuh dengan dengungan  seperti lebah. Kepala berdenyut dada sesak kehabisan oksigen, mata panas dan akhirnya pandangan berkabut. Menciptakan buliran bening lolos dari kelopak mataku. Dengan sigap meraih pengepel lantai yang tak jauh dariku melempar kearah cermin tersebut. Memunculkan hanya retakan besar, rasanya tak puas, mencari benda lain apa saja kembali menghantam, akhirnya hancur berderai. Rasanya terbayar amarahku melihat bayangan yang seakan mewakili dunia yang tak berpihak padaku itu menjadi serpihan.

Ini tidak adil, aku pun berhak tuk bahagia. Apa yang kuimpikan harus dapat kugapai apapun itu halangannya akan kulawan. Bukankah selama ini  telah bersabar dan menunggu saja. Penderitaan dan kesendirian saja yang setia mewarnai hidupku. Lelah, mengapa duniaku tak seindah cahaya mentari yang mentereng. Tiada kasih sayang, perhatian dari orang lain yang kuterima.

Kali ini, tiada pilihan lain. Keputusanku telah bulat, menjadi tekad yang tak bisa diganggu gugat. Rencana terakhir akan kulakukan untuk mendapatkanmu secara utuh. Akhirnya, kepemilikan atas dirimu kuraih. Kini mata indahmu memandang dengan cinta berbalut baju pengantin putih dengan menggenggam buket bunga. Sangat anggun  nan memancarkan kesempurnaan seorang wanita. Melangkah berlahan, senyuman mengembang, aku lelaki ceking dengan bangga menghampiri dirimu  dan mencium kening serta membelai puncak kepalamu dengan  lembut, sebelum menutup peti mati dengan  ukiran indah itu  disudut ruangan kamarku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun