Aku mencoba memejamkan mata dengan cepat, berharap penampakan tersebut menghilang dari depanku. Namun, embusan napas hangat disertai desisan dan erangan yang ramai sangat dekat menyapa muka.
Secara berlahan membuka mata seraya menahan napas. Refleks aku berteriak menyaksikan tiga wajah tepat di depanku, istri dan anak-anakku dengan rupa yang sama, mata putih semua dan bertaring.
Rasa takutku sudah tak terkira, menggigil, mengalirkan air hangat merembes dari celana atas hingga ke kaki. Puncaknya akupun pingsan.
"Tok! Tok! tok!" sayup terdengar kaca mobil diketuk.
Selanjutnya aku merasakan, tubuhku di goyang, dengan berat mataku terbuka dengan setengah sadar.
"Kenapa, Â Ma?" tanyaku.
"Itu kaca mobil diketok, bukalah." jawab istriku.
Aku pun dengan cepat menurunkan kaca mobil, terlihat pria dewasa berdiri di sisi mobilku. Kondisi malam, lekuk liku wajahnya tak begitu jelas terlihat.
"Pak, macetnya sudah mulai terurai, mobil depan sudah jalan tuh, diklason nggak juga jalan," Gerutunya dengan kesal, sambil berlalu memutar balikkan badannya lalu berlalu ke belakang. Tanpa menunggu responku.
Aku berusaha mengumpulkan kesadaran, mobil di depan ternyata sudah bergeser dua meter dari mobil kami. Langsung, aku starter, memasukkan gigi serta menginjak pedal gas, merapatkan mobil ke mobil yang di depan. Di ikuti pula mobil yang di belakang kami.
Aku coba mengingat peristiwa tadi, apa bermimpi, sambil tanganku memijit kening. Tadi memang macet total, mobil tidak bisa melakukan pergerakan, mungkin hal itu membuatku mengantuk dan terlelap.