Mohon tunggu...
Megawati Sorek
Megawati Sorek Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 003 Sorek Satu Pangkalan Kuras Pelalawan Riau

Seorang guru yang ingin menjadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kisah Inspiratif: Terkadang Kado yang Diberi Tuhan Tidak Selalu Terbungkus Indah

6 Maret 2023   18:17 Diperbarui: 6 Maret 2023   18:27 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri : Koleksi Megawati Sorek

Sebagai istrinya aku hanya  dijatah untuk pengeluaran rumah tangga dengan nominal yang pas-pasan. Ia pun melarang ibuku untuk tinggal bersama kami.  Jika masih ada ibu di rumah dia bilang rumah tangga kami akan dicampuri dan  tidak mandiri. 

Tanpa sadar secara finansial dialah yang tidak juga mandiri. Arya juga berlaku kasar baik pada ucapan maupun berbuatan. Wataknya semaunya saja. Sering ia memaki atau menghina kami yang dikatakannya sebagai benalu pada keluarga mereka.  Belum lagi tingkah pongah dan egoisnya dalam mengambil keputusan. Lelaki yang sangat memperhatikan penampilan itu juga pandai bermanipulasi. Jika di depan orang ia berlaku manis, tetapi di belakang ternyata suka mengintimidasi.

Tiga tahun pernikahan berjalan dengan datar. Aku belum juga menunjukkan tanda kehamilan. Pihak keluarga sudah mendesak dan bertanya-tanya. Aku juga sudah memeriksakan diri dan berobat sana-sini, Cuma Arya tidak begitu antusias dan merasa dirinya sehat, dan menuduhku yang memiliki masalah kesuburan. Pertanyaan dan komentar sering dilayangkan orang lain, "udah isi?", "berobat kemana saja?", "kapan hamilnya?" "Udah berapa lama menikah?" "itu, jangan-jangan nggak subur, kan duit banyak berobat aja ke luar negeri."

"Eh, kan kalian duluan menikah disbanding si itu, kok belum hamil juga," "Pacaran terus nih!".  Hati wanita mana yang tidak sedih jika rezeki garis dua itu belum diperoleh. Usaha dan daya upaya telah aku lakukan. Hati ini menjerit, hati selalu nelangsa, apa lagi mendengar teman sudah  hamil dan memiliki momongan. Aku tahu mungkin Tuhan memiliki rencana lain dalam hidupku. Aku berusaha sabar dan berdoa, ya, memang belum terjawab dan semoga saja Tuhan memberi lebih dari apa yang kuminta.

 Sebagai penghibur hati aku menghabiskan waktu pergi ke panti asuhan. Yayasan panti "Kasih sayang" namanya. Pemiliknya adalah sahabatku sewaktu masih berseragam abu-abu. Kami memanggilnya bunda Tiara.Ia memilih sendiri dan takut untuk menikah karena korban dari keluarga yang broken home. Ah, setiap orang memang memiliki masalah, begitu juga dirinya. Ia membangun benteng kuat menutup diri serta lebih memilih  bersamanya  anak-anak malang. 

Aku pun mengikuti  jejaknya  berbagi perhatian dan kasih sayang. Aku mengusir sepi dan menjadi candu bermain bersama anak-anak tersebut  seakan mampu mengalihkan duniaku. Selain itu kegiatan  aksi sosial dan amal juga selalu kuikuti.  Aku merasa bisa memberi manfaat pada orang lain dan itulah bahagia sebenarnya.

Arya tidak begitu suka dengan aktivitas yang aku lakukan. Ia yang memang jarang di rumah semakin menjadi-jadi. Bahkan beberapa malam tidak pulang. Percikan pertengakaran selama ini pun berkembang menyala. Sampai akhirnya kecurigaan itu datang. 

Selain sifatnya yang memang kasar sekarang dia terang-terangan menelepon mesra kepada seorang wanita. Ia tidak peduli jika mataku mendelik dan menatap curiga. Sampai akhirnya pertengkaran besar terjadi , emosiku meledak, dia bukannya minta maaf,  tetapi  marah besar dan berusaha untuk melakukan KDRT. Di matanya akulah yang selalu salah, ia tak pernah intropeksi diri apalagi memngucapkan kata maaf.  Untung saja aku melarikan diri ke rumah ibuku.

Ibuku yang mengetahui jalan cerita rumah tanggaku. Ia terlihat menyesal dan merutuki diri. Selama ini aku selalu memendam rasa sedih dan luka sendiri, akhirnya ketahuan olehnya. Kesehatan ibu semakin menurun. Ia berkata dan membebaskan diriku untuk bersikap. Jika ingin bercerai dan itu membuatmu bahagia, maka lakukanlah, Nak, ujarnya. Tak lupa kata maaf terlontar dari bibir keringnya. Sebuah pengakuan yang selama ini ditutupinya adalah perihal paksaannya terhadap Sandi untuk meninggalkanku saat itu.

Sebenarnya aku tidak menyalahkannya. Aku justru ingin memberikan kebahagiaan untuk Ibu.  Secara gengsi dan harta telah ia dapatkan. Namun, kenyataannya kini menghempaskan. Aku juga merasa bersalah belum bisa menjadi anak yang baik dan membahagiakannya di hari tuanya.

 Aku berada ditengah kegalauan. Bukti perselingkuhan Arya sudah kudapatkan, perlakuannya selama ini tiada mengesankan. Rumah tangga yang kami bangun tanpa cinta, tak berujung bahagia. Apalagi anak tiada, maka ikatan itu begitu mudah rasanya untuk kandas. Pihak mertuaku pun tak begitu keberatan jika kami berpisah, mereka tetap pada vonis akulah menantu yang tak bisa memberi keturunan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun