Ketika sampai di rumah Mas Bayu, mereka sedang duduk bersantai berdua menikmati sore di tepi kolam renang. Aku yang sudah terbiasa keluar masuk ke rumah bosku itu disambut baik. Sinta tersenyum ramah dan menawarkan minuman dan cemilan. Ah, wanita anggun sahabatku itu, siapa sangka ternyata pengabdi setan.
Mas Bayu bersikap acuh, sepertinya tidak suka akan kedatanganku. Ia begitu mesra pada Sinta, membuat dada ini terasa nyeri. Ia berpamitan, meninggalkanku dengan Sinta yang lanjut mengobrol.
Balita mereka menangis, pengasuh memanggil Sinta sebentar. Ia pamit meninggalkanku, Ini kesempatan, aku menuangkan dua botol tetes mata itu hingga habis pada minuman miliknya. Gelas mug bening berisi minuman pelangsing yang biasa ia seduh itu, aku aduk menyatukan zat tetrahydrozoline-nya. Tanganku terasa dingin dan gemetar, adrenalin terpacu, sungguh ini pengalaman pertama yang mendebarkan.
 Ok, waktu pun sudah semakin temaram, mentari telah pun menuju peraduan, saatnya aku berpamitan, bersamaan dengan datangnya Mas Bayu entah dari mana.
"Mas, jantungku berdebar kencang dan perutku terasa mual, sepertinya aku masuk angin atau asam lambungku kambuh." Sempat aku dengar suara Sinta mengadu pada suaminya. Aku berbalik sebentar melihat wajah pucat perempuan cantik itu dan bajunya yang basah dibanjiri keringat.
Aku melangkah menuju parkir mobil dengan senyum mengembang, tak sabar menunggu kabar besok hari. Aku bernapas lega, tentang purnama dan tumbal kurasa telah berakhir, toh si pelakunya akan mati duluan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H