Ia menoleh dan menatap bapak tersebut dari atas sampai kaki. Lelaki memakai dasi serta jas hitam. Sepatu pantofel yang ia kenakan sangat mengkilap. Di belakang ia berdiri sebuah mobil hitam Pajer* Sport terparkir.
Sorot mata pria itu sangat lembut dan segera mengandeng si Paijo mempersilahkannya duduk di samping kemudi.Paijo tidak berkata apa-apa. Tiada penolakan atau mengiakan sebagai keputusan. Sedangkan Paijo sebenarnya syok atau sudah terlalu lemas tiada energi lagi untuk berucap. Ia menunduk melihat kedua kakinya yang kucel hitam. Mobil pun segera berjalan di bawah kendali si bapak tersebut.
"Panggil saya Pak Sardi, siapa nama kamu? Saya dulu punya anak sebaya kamu, tetapi Tuhan telah memanggilnya," ucap Pak Sardi dengan suara bergetar.
Paijo menaikkan kepala dan melihat ke arah si Pak Sardi. Sedangkan Pak Sardi fokus memandang ke arah depan.
"Paijo, Pak," jawabnya pelan.
"Ok, kita cari tempat makan dulu ya, biar kamu bertenaga." Selesai Pak P
Sardi berucap ia membelokkan kemudi mobil ke arah rumah makan nasi Padang bercat dominasi merah.
"Karung kamu tinggal saja di mobil ya," titah Pak Sardi ketika akan turun dari mobil. Ia melepas sabuk pengaman. Lalu turun mengitari depan mobilnya dan membukakan pintu mobil pada sisi Paijo.
Pemandangan yang sangat kontras dan mereka menjadi pusat perhatian. Ketika Pak Sardi menggandeng Paijo masuk pintu dan mencari tempat duduk makan di sudut ruangan. Banyak orang yang menarik kesimpulan sendiri dan akhirnya menimbulkan tatapan salut dan kagum dari orang sekeliling Pak Sardi. Pak Sardi tersenyum mengembang dan tampak bahagia.
Mata lelaki berumur setengah abad itu begitu berbinar melihat Paijo makan dengan lahap. Paijo sepertinya begitu bahagia menemukan berbagai jenis masakan yang selama ini tidak pernah ia nikmati. Paha ayam goreng ia gigit dengan menunduk. Sesekali ia menoleh ke Pak Sardi yang masih tersenyum. Anak yang tak pernah makan enak itu bahkan hampir tersedak jika saja Pak Sardi terlambat menyodorkan gelas berisi air es teh manis padanya.
Paijo telah kenyang, beberapa kali ia mengucapkan terima kasih dan pamit untuk melanjutkan memulung. Namun, lelaki yang telah memberinya makan itu melarang dan mengajaknya naik mobil lagi.
Percakapan di mulai oleh Pak Sardi ketika mereka melanjutkan perjalanan.